Prosedur Konseling
Para ahli mengemukakan
prosedur konseling yang berbeda- beda
satu sama lain, namun tujuan akhirnya adalah sama saja, yaitu untuk memudahkan dalam usaha membantu
pemecahan masalah psikologis klien.
1.
Psikoanalisis
Aliran Psikoanalisis mengemukakan bahwa prosedur yang paling umum adalah;
a. Terapi digerakan
lebih banyak oleh tujuan yang terbatas dari pada oleh pembentukan kembali
kepribadian seseorang.
b. Kemungkinan kecil konselor
menggunakan dipan tempat
klien berbaring.
c. Kemungkinan jumlah
sesi hanya sedikit.
d. Intervensi yang bersifat mendukung
lebih banyak digunakan, seperti
penegasan, pernyataan dukungan
dan berbagi rasa, dan saran, demikian juga penggunaan
pengungkapan diri oleh konselor.
e. Lebih banyak
difokuskan pada penekanan pada isu praktis dibandingkan dengan penanganan materi hayalan Corey (1996).
2. Adlerian
Menurut Adler, ada empat pase sebagai
langkah konseling yang walaupun tidak dilakukan secara kaku, melainkan
dapat dipahami secara baik
sebagai suatu jalinan benang yang nantinya akan
membentuk selembar kain (Corey, 1996: 143). Keempat pase tersebut adalah;
a.
Menciptakan
hubungan terapeutik yang tepat (Establish-
ing the relationship);
b.
Menggali dinamika psikologi individual
(Exploring the individual’s dynamics;
c.
Memberikan semangat untuk pemahaman
diri (Encourag- ing Insight), dan;
d.
Menolong klien menentukan pilihan-pilihan baru (Helping
with reorientation).
3. Prosedur Terapi Terpusat pada Pribadi
Terapi terpusat pada
pribadi yang sangat ditekankan adalah kualitas
hubungan konselor-klien serta sikap peran konselor yang akurat sudah cukup untuk terciptanya perubahan dalam diri klien, sebab peranan konselor terpusat pada
pribadi mengakar pada cara mereka
berada dan sikap, bukan pada teknik yang didesain untuk membuat klien mau “berbuat sesuatu”, juga bukan pada penge- tahuan, teori yang menjadi fasilitator
terhadap perubahan pribadi pada diri klien. Oleh karena terapi terpusat pada pribadi ini mengandalkan
kualitas, kepercayaan, dan sikap pribadi konselor yang diarahkan pada hubungan dengan klien, sehingga
tidak mengandalkan prosedur
dan teknik yang rumit. Rogers dalam Corey (1991: ) menjelaskan teknik terapeutiknya adalah;
(a) mendengarkan, (b)
menerima, (c) menghormati, (d) memahami, dan (e) berbagi.
4. Behavioral
Kuehnel dan Liberman,1986
dalam Corey (1991) melukiskan inti terapi behavioral sebagai
proses dari penentuan
dan pem- berian spesifikasi terhadap
problema behavioral klien melalui enam langkah sebagai
berikut:
a. Langkah
pertama, mengidentifikasi perilaku yang dianggap mal-adaptif atau bermasalah.
b. Langkah kedua, menentukan aset serta kekuatan
yang dimiliki klien.
c. Langkah ketiga,
membuat informasi yang terkumpul ke dalam
konteks di mana perilaku bermasalah itu terjadi. Fase ini mencakup pengedentifikasian anteseden serta konse- kuensi dari problema perilaku
itu.
d. Langkah keempat,
mencakup strategi untuk mengukur setiap perilaku bermaslah
yang telah diidentifikasi itu. Dengan memberi
penilaian pada frekuensi
perilaku yang dimaksud menghasilkan evaluasi dasar yang
bisa digunakan sebagai titik referensi untuk menentukan keefektifan dari intervensi yang akan dilakukan.
e. Langkah kelima,
penguat-penguat potensial klien disurvai untuk mengidentifikasi orang, aktivitas, dan benda-benda yang bisa memberi motivasi dilakukannya
penanganan dan bisa tetap terjadinya perubahan setelah terapi berakhir.
f. Langkah keenam,
langkah terakhir dari proses penilaian
mencakup formulasi dari sasaran penanganan. Dengan bekerja sama, klien dan pelaku klienis
mengeksplorasi perilaku alternatif yang bisa menyelesaikan masalah itu. Yang juga dimasukka dalam penilaian adalah
berfungsinya klien dalam ranah afektif,
kognitif, behavioral, dan inter- personal. Tugas konselor adalah mengaplikasikan prinsip
dari mempelajari manusia
untuk memberi fasilitas
pada penggantian perilaku
mal-adaptif dengan perilaku yang lebih adaptif.
5.
Prosedur Konseling Existential
Pendekatan konseling existential, walaupun tidak memiliki
perangkat teknik yang siap pakai, tetapi menggunakan teknik eklektisme yang bisa menggunakan teknik psikoanalitik, dan teknik terapi kognitif behavioral. Inti terapi
adalah menggunakan pribadi konselor, yaitu pada saat pertemuan tatap muka dengan klien, pada saat keseluruhan pribadi konselor atau konselor bertatapan dengan seluruh pribadi klien,
maka proses terapeutik ada dalam posisinya yang terbaik (Corey,
1996:143). Namun secara garis besar ada tiga tahap prosedur dalam konseling
eksistensial sebagai berikut.
a. Tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap
dunia.
b. Tahap tengah,
klien didorong semangatnya lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas
dari sistem nilai mereka (proses
evaluasi diri).
c. Tahap akhir,
menolong klien untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari
tentang diri mereka
sendiri.
6. Prosedur Konseling Reality Therapy
Menurut Reality Therapy langkah pertama dalam
konseling adalah dimulai
dengan melakukan hubungan
yang baik dengan
klien. Prosedur spesifik pendekatan ini didasarkan pada penetapan dari suatu hubungan
empatik. Reality Therapy
menawarkan intervensi spesifik
yang diarahkan pada membantu klien membuat beraneka
pilihan efektif. Ini paling efektif hanya ketika ada suatu keaslian hubungan yang mapan (Capuzzi
& Gross, 1995:397). Ada dua
komponen utama dalam prosedur konseling realita, yaitu (a) lingkungan konseling (the counseling environment), dan (b) prosedur
spesifik yang membawa
kepada perubahan perilaku
(procedures that lead to change) (Corey,
1996: 266-270).
Ada dua hal penting
yang harus dilakukan
oleh konselor realita,
yaitu keterlibatan pribadi
dengan klien serta sikap dan perilaku konselor
yang meningkatkan perubahan
(Corey,1996: 266). Sikap dan
perilaku konselor yang meningkatkan perubahan,
adalah secara konsisten
konselor berusaha untuk memfokuskan klien pada apa yang mereka lakukan
sekarang. Konselor menolong klien untuk bisa melihat
hubungan antara apa yang mereka rasakan
dengan perbuatan serta pikiran mereka yang terkait.
Konselor diharapkan bisa mengajar klien untuk menghargai sikap ber- tanggungjawab atas perilaku total mereka. Konselor
realita berpendapat bahwa hukuman
bukan merupakan sarana yang berguna
untuk mengubah perilaku
(Corey,1996: 266). Daripada
dihukum si individu
bisa belajar menerima
konsekuensi logis sebagai akibat dari perbuatannya. Dengan
jalan tidak memberikan kritikan, menolak
dalih, dan tetap tidak memberikan kritikan penilaian
maka konselor ada dalam posisi untuk bisa menayangkan klien apakah ia benar-benar berminat
untuk bisa berubah.
Hal yang sangat penting
adalah bahwa konselor tidak mudah melepaskan
keyakinannya tentang kemampuan klien untuk menemukan
hidup yang lebih bertanggungjawab, bahkan apabila klien berusaha sedikit
untuk mengikuti ketentuan
itu.
7.
Prosedur Konseling Gestalt
Terapi gestalt menekankan terapinya melalui eksprimen. Eksprimen gestalt adalah cara untuk menjelaskan keluar dari konflik internal dengan menjadikan
perjuangan ini suatu proses yang aktual,
tujuannya adalah memberi
fasilitas kepada klien
untuk mampu menangani titik
hambatan dalam hidupnya (Corey, 1996: 238). Prosedur
terapinya sangat mementingkan hubungan konselor-klien. Hal ini dapat dilihat dari
langkah-langkah prosedur terapinya berikut.
a. Persiapan untuk eksprimen Gestalt.
1) Konselor secara pribadi menghayati kekuatan eksprimen diri gestalt dengan menguasai teknik
itu.
2) Konselor menciptakan hubungan dengan klien, sehingga klien akan merasakan
adanya cukup kepercayaan untuk berperan serta
dalam pembelajaran yang bisa timbul dari hasil eksperimen gestalt.
3) Konselor tidak memberikan arahan dengan gaya meme- rintah
untuk melakukan eksprimen.
4) Apabila ditemukan resistensi, maka yang dilakukan adalah
mencari tahu mengapa
klien berhenti.
5) Resistensi tidak harus diatasi
secara defensif.
Sebagian besar terapi gestalt
adalah konfrontatif, dalam hal ini konselor harus bersedia aktif dan pada saat-saat tertentu
menantang, klien juga harus bersedia untuk mengambil resiko dan menantang
diri sendiri. Konfrontasi dilakukan sedemikan rupa hingga
klien mau bekerja sama, terutama manakala mereka diper- silahkan untuk meneliti perilaku, sikap, dan pandangan mereka sendiri.
Konselor bisa mendorong
klien untuk melihat
beberapa hal tertentu
yang tidak kongruen
terutama kesenjangan antara ungkapan
verbal dan ungkapan non verbal mereka (Corey, 1996: 241). Salah satu bagian yang paling esensial dari konfrontasi
yang efektif adalah sikap hormat terhadap klien (respect for the client).
b. Prosedur yang Membawa
ke Perubahan.
Prosedur ini meliputi
beberapa teknik perubahan kepribadian klien, yaitu
sebagai berikut.
1) Mengeksplorasikan keinginan, kebutuhan, dan persepsi.
2) Fokus pada prilaku sekarang.
3) Membuat klien mau mengevaluasi perilaku mereka.
4) Merencanakan dan komitmen.
Keempat prosedur teknik ini akan diterangkan pada pasal teknik konseling mendatang.
8.
Rational Emotive Therapy (RET)
Corey (1986:216) menguraikan empat langkah yang dilakukan
konselor terapi rasional emotif dalam menghadapi klien, yaitu;
a. Langkah
pertama, menunjukkan kepada klien bahwa mereka
telah menggunakan banyak hal-hal “seharusnya”, “seyogya- nya”, dan
“harus” yang irasional. Klien belajar untuk memisah- kan keyakinan mereka
yang irasional dari yang rasional.
b. Langkah
kedua, membawa klien melampaui tahap kesadaran, ditunjukkan bahwa mereka membiarkan gangguan emosional mereka tetap aktif dan terus berpikir
tidak logis dan dengan mengulang-ulang makna serta falsafah
menggagalkan diri sendiri. Dengan kata lain, oleh karena
klien tetap saja meng- indoktrinasi
diri, mereka banyak memikul tanggung jawab atas adanya masalah yang mereka alami. Untuk bisa melampaui kenyataan
sekedar mengakui pikiran dan perasaan yang irasional
dari si klien maka konselor
mengambil langkah ketiga.
c. Langkah
ke tiga, menolong mereka memodifikasikan pemikiran mereka dan meninggalkan ide mereka yang irasional. Psikologi rasional emotif berasumsi bahwa keyakinan
mereka yang tidak logis itu sudah sedemikian dalamnya tertanam hingga klien biasanya
tidak mau mengubahnya sendiri. Oleh karena itu konselor
membantu klien untuk bisa memahami
lingkaran setan dari proses menyalahkan diri yang ada dalam diri klien.
d. Langkah keempat,
menantang klien untuk mengembangkan falsafah hidup yang rasional sehingga di
masa depan mereka bisa menghindarkan diri untuk tidak menjadi korban dari keyakinan
irasional yang lain.
Berdasarkan beberapa
prosedur yang dikemukakan para ahli konseling
dalam teori dan pendekatan konseling, dapat disimpul- kan:
a. Prosedur selalu mengemukakan tahapan-tahapan atau pase- pase tertentu
dalam melakukan pendekatan kepada klien.
b. Beberapa tahapan dalam prosedur konseling
adalah untuk melakukan pendekatan dan hubungan yang baik antara konselor dan klien.
c. Klien dituntut secara kesadaran untuk mau
secara aktif terlibat dalam proses konseling.
0 Comment