PENGERTIAN: HADIS, SUNNAH, ASAR DAN KHABAR
Pengertian Hadis
sebuah.
Menurut bahasa mempunyai bebarapa arti
1.
Jadid (yang baru), lawan Qadim (yang lama) jama'nya hida £, huda£ ' dan hudu£
2.
Qarib (yang dekat,yang belum lama terjadi) lawan dari ba ` id (jauh), seperti dalam kata kunci
“ حَدِيْثُ الْعَهْدِ بِالإسْــــــلاَمِ(orang yang baru memeluk agama Islam)
3.
Khabar (warta), yakni “ مَا يَتَحَدَّثُ بِهِ وَ يُنْقَلُ”
(sesuatu yang dibicarakan dan dipindahkan dari seseorang). Dari makna inilah terambil kata Hadis Nabi saw. Hadis yang bermakna berita ini dihubungkan dengan kata Tahdis yang berarti periwayatan atau ikhbar yang berarti mengabarkan. [1] Semakna juga dengan hiddasa ” dari makna inilah diambil kata-kata “Hadis Rasulullah”. [2]
Sebagian ulama mengatakan, lafaz ahadi£ bukan jama' dari hadis yang bermakna khabar tetapi isim jama'. Mufrad hadi£ yang sebenarnya ialah " uhdu£ah " yang berarti sesuatu berita yang diperkatakan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang.
Kata al-Farra' " ahadis " sebenarnya jama'
dari " uhdu£ah " kemudian dijadikan jama' bagi hadis, dengan demikian mereka tidak mengatakan “ Uhdu£ah Nabi ”.
Kata az-Zumakhsyari dalam bukunya al-Kasysyaf ahadi £
adalah isim jama' bagi hadis bukan jama' nya.
Allah pun memakai kata hadis dengan arti khabar dalam firmannya sebagai berikut;
( # q è ? ù ' u ‹ ù = s ù ; ] ƒ Ï ‰ p t ¿ 2 ÿ ¾ Ï & Î # ÷ W Ï i B b Î ) ( # q ç R % x . š ú ü Ï % Ï ‰ » | ¹ Ç Ì Í È
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar. (Q. At-Kamis : 52:34).
b.
Menurut istilah
Para mu¥addi£³n (ulama ahli hadis) berbeda pendapat dalam laki-laki- ta'rif-kan al - hadis .
Secara umum dapat dita'rifkan sebagai berikut
مَا أُضِيْفirim اِلىَ الّنَبِى صَلَّى اللهُ عَيْهِ وَسemaryasanل اban مِنْ ق قرٍ ا bersenda
“Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.baik berupa kata-kata, perbuatan, kata-kata ( taqrir ) maupun sifat”.
1). Menurut ahli hadis ialah
أَقْوَالُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَفْعَالُهُ وَ أَحْوَالُهُ
“segala ucapan Nabi saw., perbuatan dan segala keadaan beliau”
Demikian kata al-Hafiz dalam syarah al-Bukhari dan al-Hafiz dari Syakkhawi. Maksud keadan disini ialah segala sesuatu yang diriwayatkan dalam kitab sejarah, seperti tentang kelahiran, tempatnya dan yang berhubungan dengan hal tersebut, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul.
Sebagian ulama seperti at-Tibby berpendapat bahwa, hadis itu melengkapi sabda Nabi, perbuatan dan taqrir beliau, melengkapi perbuatan, perbuatan sahabat sebagaimana pula melengkapi perbuatan, perbuatan tabi'in.
Maka hadis ya sampai kepada Nabi dinamai dengan marfu' [3] , yang sampai kepada sahabat dinamai dengan mauquf . [4] dan yang sampai kepada para tabi'in di namai dengan maqtu' . [5]
Kata-kata kunci.
هِىَ الاَحَــادِيْثِ اَلَّrameىِ قَالهedit - الرَّسُوْلُ اللهِ صوّ الفِ oranِ النُ و الangatُ و الangatُ و الangatُ و الangatُ و و و و bers]
Seluruh Hadis yang diucapkan Rasul saw. Untuk berbagai tujuan dan dalam berbagai kesepatan.
Contohnya .
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِىُّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ الرَّبِيعِ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ » (رواه البخارى)
“Tidak salat seseorang yang tidak membaca ummul Qur'an/Fatihah”
[6]
Hadis Perbuatan.
هى الأَعْمَالُ الَّتىِ قَامَ بِهَا الرَّسُوْلُ اللهِ صَلَّى الهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Yaitu seluruh perbuatan yang dilakukan oleh Rasul saw.
Contohnya a.
حَدَّثَنَا مُسْلِمٌ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِى كَثِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ ، فَإِذَا أَرَادَ الْفَرِيضَةَ نَزَلَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ . (رواه البخارى)
Rasulullah salat diatas kenderaan (dengan menghadap kiblat) menurut kenderaan itu menghadap, apabila beliau hendak salat fardhu beliau turun terus menghadap kiblat” [ 7] .
Hadis taqrir.
هى أن يَسْكُتَ النبى صلى الله عليه وسلم عن إنْكَارِ قولٍ او فعلٍ صَدَرَ امامهُ او فى عَصْرِهِ وعَلِمَ بهِ, وذلك إمَّا بِمُوَافَقَتِهِ أو إسْتِبْشَارِهِ أو إسْتِحْسَانِهِ و إمَّا بِعَدَمِ إنْكَارِهِ وتقرِيرهِ .
Yaitu diamnya Rasul melihat dari mengingkari kata-kata yang dilakukan di hadapannya atau pada masa dia dan hal-hal yang diketahuinya atau penilaian baik dari dia, atau tidak adanya pengingkaran dia
dan pengakuan dia.
Mendiamkan atau tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan dan dikatakan oleh para sahabat dihadapan beliau, misalnya apa yag telah dilakukan oleh seorang sahabat (Khalid bin Walid) dalam salah satu jamuan makan, dengan mengidangkan daging Biawak maka jawab Rasulullah.
Contohnya.
قَدَّمْتُنَّ لَهُ ، هُوَ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ . فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَدَهُ عَنِ الضَّبِّ ، فَقَالَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ أَحَرَامٌ الضَّبُّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ وَلَكِنْ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِى فَأَجِدُنِى أَعَافُهُ » . قَالَ خَالِدٌ فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَنْظُرُ إِلَى. (متقق عليه)
“Tidak (maaf) berhubung binatang ini tidak terdapat dikampung umatku, aku jijik padanya. Kata Khalid, aku segera memotongnya dan memakannya sedang Rasulullah
melihat kepadaku”.
Hadis tentang sifat
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى إِسْحَاقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا وَأَحْسَنَهُ خَلْقًا ، لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ وَلاَ بِالْقَصِيرِ (البخارى)
“Rasulullah itu adalah manusia sebaik-baik mengenai paras mukanya dan bentuk tubuhnya, dia bukan orang yang tinggi dan bukan juga orang yang pendek” [8]
Contoh
2). Menurut ahli ushul fiqih.
أَقْوَالُramesُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَس emary لَّمَ وَ أَفْعَالُram
“Segala kata, perbuatan dan segala taqrir Nabi yang berkaitan dengan hukum” [9]
Tidak termasuk dalam istilah hadis, sesuatu yang tidak berkaitan dengan hukum. Dalam pandangan uuliyyin , mura« if- nya sunnah, khabar dan a £ ar .
Pengertian sunnah
sebuah. Menurut bahasa
Hadis menurut bahasa ialah jalan yang dijalani, terpuji atau tidak. [10] Suatu yang sudah dibiasakan bernama sunnah walaupun tidak baik, jama'nya sunan.
الطَّرِيْقَةُ اَلْمُسْتَقِيْمَةُ وَالسِّيْرَةُ المُسْتَمِيْرَّةُ, حَسَنَةً كَانَتْ أو سَيًِ
Jalan yang lurus dan layang, yang baik atau yang buruk.
Sabda Nabi
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِى مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِى زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ - رضى الله عنه - أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ » . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ » . (رواه البخارى)
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan) orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kiranga mereka memasuki sarang « ab (sarang biawak) sehingga kamu memasukinya juga.(HRMuslim) [11]
Hadis ini memberi pengertian bahwa kata sunnah di artikan “jalan”
sebagai nama yang dikehendaki oleh ilmu bahasa itu sendiri.
b.
Menurut Istilah
1). Menurut para Mu ¥ addi£³n adalah
كل ما أُثِرَ عن النبى صلى الله عليه وسلم من قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ أو صفةٍ خَلْقِــيَّةٍ اوخَلْقِـيَّةٍ او سِيْرَةٍ سواءٌ أَكَانَ ذلك قَبْلَ البِعْثَةِ
كَتَحَنُّثِهِ فى حَرَاءٍ ام بعدها [12]
” se tiap apa yang ditingalkan (diterima) dari Rasul saw berupa kata -kata , perbuatan maupun taqrir, pengajaran, sifat fisik,(akhlak) kelakuan, atau prikehidupan (perjalanan hidup) baik sebelum dianggak menjadi rasul seperti; tahannus yang dia lakukan di gua hira', maupun sesudah kerasulan dia”.
Jumlah terbesar dari muhaddi £ dalam menetapkan bahwa sunnah dalam arti yang seperti ini menjadi mura « jika dari hadis.
2). Menurut pendapat para ahli u ¡ ul fikih ialah
كل ما مَصَدَرَ عَنِ النبى صلى الله عليه وسلم غَيْرَ القُرْأَنِ الكَرِيْمِ مِنْ قولٍ أو فعلٍ أو تقرِيرٍ مِمَّا يَصْلُحُ أن يكونَ دَلِيْلاً لِحُكْمٍ شَرْعِيٍ [13]
Seluruh yang dating dari Rasul saw selain Alquran al-karim, baik berupa kata-kata, perbuatan atau taqrir, yang dapat dijadilan sebagai dalil untuk menegakkan hukum syara'.
Makna inilah yang diberikan kepada kata-kata sunnah dalam sabda Nabi.
“Sesunggunya sudah aku tinggalkan untuk kalian dua hal,kamu tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul" (HR Malik) [14]
3.) Mennurut pendapat ahli fikih
كل ما ثبتَ عن النبى صلى الله عليه وسلم وَلَمْ يكنْ من بابِ الفَرْضِ وَلاَ الْوَاجِبِ [15]
4). Beberapa pendapat ulama
Kata al-Imam Ibnu Taimiyah, Hadis dikala tidak dikaitkan dengan suatu arti, bartarti,” segala yang diriwayatkan dari Nabi, sesudah beliau menjadi Nabi baik kata-kata, pekerjaan maupun iqrarnya.
Kata al-Imam al-Kamal Ibnu Humam, sunnah itu segala yang diriwayatkan
dari Nabi saw., kata-kata atau perbuatan sedangkan hadis dengan kata-kata saja.
Dr.Taufiq mengatakan sunnah menurut lughah dari ulama salaf ialah khitthah
(garis kerja) dan jalan yang diikuti, maka yang dinamakan sunnah nabi hanyalah jalan yang beliau praktekkan terus menerus yang diikuti oleh para sahabat.
Contoh sunnah kata kunci.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَعِيدٍ يَقُولُ أَخْبَرَنِى مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِىَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ - رضى الله عنه - يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ » .
“segala amalan itu diawali dengan niat” (HR al-Bukhari)
dan
لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ .
“Tidak ada wasiat (diwasiatkan) untuk orang yang mengambil pusaka” (HR Al-Bukhari)
Contoh perbuatan sunnah .
أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِى إِسْحَاقَ الْمُزَكِّى حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانُ الْمَرَادِىُّ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِىُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِىُّ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو سُلَيْمَانَ : مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم -: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْrameُونِى أُصَلِّى ،َإِذَا حَضَرنِ الصَّamah رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ فِى الصَّحِيحِ عَنْ مُحَمَّدِ بْ نِ الْمُثَنَّى عَنْ عَبْدِ الْوَهَّابِ.
“Salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya shalat” (HR al-Bukhari – al-Muslim)
Dan
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِراً يَقُولُ رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَرْمِى عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ يَقُولُ لَنَا « خُذُوا عَنِّى مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ أَدْرِى لَعَلِّى أَنْ لاَ أَحُجَّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ ».(رواه احمد)
“ambillah dariku tata cara mengerjakan ibadah haji
(HR Ahmad)
contoh sunnah taqrir
1. Nabi membenarkan (tidak menginkari) sesuatu yang diperbuat para sahabat di hadapan nabi atau memperlihatkan kepadanya, maka dia tidak menyanggah atau tidak menyalahkan serta menunjukkan bahwa dia meridhainya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari-al-Muslim bahwa Khalid bin Walid makan dab
yang dihidangkan kepada Nabi, padahal nabi sendiri enggan memakannya, maka sebagian sahabat bertanya, apakah kita diharamkan memakan dab ya Rasulullah ? Nabi saw.tidak manjawab.
2. Menerangkan kebagusan yang diperbuat oleh para sahabat serta menguatkannya.
عن إبن عمر رضى الله عنهما قال: قال النبى صلى الله عليه وسلم يوم الاَحْذَابِ: لا يُصَلِّيْنَ أَحَدُ الْعَصْرَ إلا فى بَنِيْ قُرَيْظَةَ, فَأَدْرَكَ بَعْضُهُمْ العَصْرَ فى الطَّرِيْقِ فقال لاَنُصَلِّيْ حتَّى نَأْتِيَهَا وقال بَعْضُهُمْ بَلْ نُصَلِّيْ لًمْ يُرِدْ مِنَّا ذلك فَذُكِرَ ذلك للنبى صلى الله عليه وسلم فَلَمْ يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ (رواه البخارى) [16]
“Dari Ibnu Umar ra, dia berkata Nabi saw.bersabda pada hari peperangan Ahzab, jangan seorang pun melakukan salat asar kecuali di perkampungan Bani Quraizah, maka sebagian sahabat melaklukan salat asar di perjalanan
, sebagian mereka berkata, kami tidak melakukan salat sehingga kami sampai di perkapungan tersebut. Dan sebagian yang lain mengatakan, justru kai melakukan salat (pada waktunya), karena beliau tidak memaksudkan yang demikian pada kami. Kemudian perbedaan interpretasi tersebut disampaikan kepada Nabi saw., dan Nabi saw.tidak menyalahkan siapa pun di antara mereka.” [17]
Nabi membenarkan ijtihad para sahabat tentang pelaksanan salat Ashar di Bani Quraidhah, mereka memahami dari teks hadis tidak salat sebelum sampai di perkampungan Bani Quraidhah. Dan senbagian lagi mengerjakan salat Asar sebelum tiba di Bani Quraidhah kerena mereka memahami bahwa “bersegera pergi ke sana.
Ahli hadis banyak memakai istilah hadis, sedangkan ahli ushul fiqh
banyak memakai istilah sunnah.
Pengertian khabar
sebuah. Menurut bahasa ialah warta berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Jama'nya " akbar ", muradhifnya " naba' " yang jama'nya " anba' ".
b. Menurut istilah hadis yaitu warta yang berasal dari Nabi maupun warta dari Sahabat bahkan warta dari Tabi'in.
إنَّ الحَْدِيْث مَا جَاءَ عَنِ الَّنِبى صَلَّى اللهُ عليه وسلم وَالخَبَرُ مَا جَاءَ عَنْهُ اَوْ عَنْ عَنْ عَنْ
“Bahwa sanya hadis itu apa yang berasal dari Nabi, sedangkan khabar darinya atau selainnya”.
مَا اُضِيْفَ اِلىَ النبى صلى الله عليه وسلم اَوْ غَيْرِهِ
Apa yang berasal dari Nabi saw., atau dari yang selainnya .
Dengan demikian ada yang berpendapat bahwa “khabar dipakai untuk segala warta yang diterima dari selain Nabi saw. Mengingat hal inilah, orang yang meriwayatkan hadis diberi nama “ Muhaddis ”, sedangkan mereka yang berkecimpung dalam kegiatan sejarah dan sejenisnya disebut akhbary atau khabary.
[18]
Khabar lebih umum dari hadis karena hadis , khabar mencakup segala sesuatu yang berasal dari Nabi saw., dan selain itu, seperti kata sahabat dan tabi'in, sedangkan hadis hanya dikhususkan kepada Nabi Saw. [19]
Pengertian Aar .
sebuah. Menurut bahasa ialah bekas sesuatu atau sisa sesuatu ( baqiyat asy-syay ) dan berarti nukilan (yang dinukilkan ). Dari itu suatu do'a misalnya yang dinukilkan dari Nabi dinamai dengan do'a " ma'£
b. Menurut istilah.
مَا أُضِيْفَ اِلىَ الصَّحَابَةِ وَ التَّابِعِيْنَ مِنْ أَقْوَالٍ أَوْ أَفْعَالٍ
“Sesuatu disandarkan kepada sahabat dan tabi'in dari kata maupun perbuatan”.
Menurut jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan hadis mengingat hal ini dinamakan oleh ahli hadis dengan £ ary .
Para fuqaha memakai kata a £ ar untuk kata ulama salaf, sahabat dan tabi'in
Az-
Zarkasy memakai £ ar untuk hadis
mauquf tapi membolehkan memakai kata-kata Rasul saw. (hadis marfu' )
A ¯-° ahawi memakai kata a £ ar untuk yang datang dari Nabi dan sahabat. seperti dalam sebuah kitab mu'anil a £ ar didalamnya berisikan hadis-hadis yang datang dari Nabi dan sahabat.
A ¯-° abary memakai kata a £ ar untuk yang datang dari Nabi saja. Contoh dalam kitab “ Tazkiratul A £ ar ” isinya hanya hadis-hadis yang dari Nabi saja.
Al-Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa 'fuqaha khurasan memakai kata-kata sahabat (hadis mauquf ) dengan a £ ar , dan yang disandarkan kepada Nabi dengan khabar. [20]
Tetapi para Muhaddi £ pada umumnya, memakai kata hadis Nabi dan kata-kata sahabat
dengan a £ ar juga, dan sebagian ulama memakai pula a £ ar untuk perkatan tabi'in.
[1] TM. Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah Pengantar Ilmu Hadis(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 1
[2] Muhammad Muhammad Ajjaj al-Khatib,As-Sunnah Qabla Tadwin, (Beirut:Dar Al Fikr,1971), h. 20. Lihat juga Ibnu Mansur, Lisanul Arab, juz II, (Mesir: Dar al-Misriyah,), h.436-439.
[3] Berita yang hanya disandarkan kepada Nabi saja baik yang disandarkan itu kata-kata, perbuatan dan baik sanadnya bersambung maupun terputus”
[4] Berita yang hanya disandarkan kepada sahabat saja baik yang disandarkan itu kata atau perbuatan dan baik sanadnya terputus atau terputus.
[5] Perkataan dan perbuatan yang berasal dari seorang Tabi'in serta dimauqufkan dia baik sanadnya bersambung maupun tidak.
[6] Abu al-Husain bin Al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi,Shahih Muslim Syarah An Nawawi,juz I, (, Kairo : Matba'ah al-Misriyah, 1349 H), h.197
[7] Jalal ad Din Abdul Rahman bin Abi bakar as-Suyuti,Jami' as-Sagir,jil.III, (Beirut: Dar al-Fikr,), h. 118.
[8] Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,
Matan al- Bukhari Bihasyiay as-Sindi,
jil II, (Syirkah Maktabah Ahmad bin Sa'ad bin Nubhan wa Auladuh), h. 271
[9] Munzir Suparca,Utang Ranuwijaya,Ilmu Hadits,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 3
[10] Ibid., h. 4
[11] Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani,
Fathul Bari, Jil.XIII, (Dar al-Fikr wa Maktabah as-Salafiyah), h. 234-235
[12] Muhammad Ajjaj al-Khatib,U¡ul al-Hadis Ulumuha wa Mus¯alahuhu,(Beirut: Dar al-Fikr, 1981). h. 19,As-Sunnah Qabla Tadwin(Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1993 M), h. 16
[13] Muhammad Ajjaj al-Khatib,Uulal-Hadis,h. 19
[14] As-Suyuti,Jami' Sagir..,h. 505,
[15] Muhammad Ajjaj al-Khatib,Uulal-Hadis,h. 19
[16] Al-Bukhari . Sahih al-Bukhari, juz. 5 jam. 50
[17] Ibnu Hajar Al-Asqalani, jil.IV,Op.cit., hlm. 286-288
[18] Muhammad Ajjaj al-Khatib,As-Sunnah…,
h. 21
[19] Muhammad Ajjaj al-Khatib,U¡ul al-Hadis…,h. 28
[20] Muhammad Ajjaj al-Khatib,As-Sunnah…,
h. 22
0 Comment