Literatur

Senin, 09 Januari 2023



KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

Pengertian Kewirausahaan

Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu kita sering mendengar istilah saudagar dan wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri. Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau yang berarti seribu dan dagar yang berarti akal . jadi, saudagar berarti seribu akal. (Rasyid, 1981 : 4)

                  

Terungkap dari ungkapan etimologis tersebut, maka wirasasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Soemanto, 1984 : 43)


Istilah wirausaha berasal dari Enterpreneur (Francis), yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan Between Taker atau Go-Between yang berarti perantara. (Alma, 2000 : 19). Sejarah Between Taker atau Go-Bet (perantara) bahwa pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh, dia setuju dengan kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 25 % termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa, saat kapal pesiar tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka sipemilik modal menerima keuntungan lebih 75 % .

Perkembangan teori dan istilah enterpreneur adalah sebagai berikut :

-     Asal kata enterpreneur dari bahasa Francis Between Taker atau Go-Between.

-     Abad pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar.

-     Abad ke-17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan harga tetap ( memperbaiki harga).

-     Tahun 1725, Richard Cantilon menyatakan pengusaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.

-     Tahun 1997, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko, yang merencanakan, mengawasi, mengorganisasi dan memiliki.

-     Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya keunggulan antara keuntungan untuk pengusaha dan keuntungan untuk pemikik modal.

-     Tahun 1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal dan menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan karena keberhasilan memimpin usaha.

-     Tahun    1934,    Joseph    Schumpeter,    seorang

enterpreneur inovator dan mengembangkan teknologi.

-     Tahun 1961 , David McLelland, enterpreneur adalah seorang yang energik dan membatasi resiko.

 

-     Tahun 1964, Peter Drucker, seorang enterpreneur adalah seseorang yang mampu memanfaatkan peluang.

-     Tahun 1975, Albert Shapero, seseorang yang memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan.

-     Tahun 1980, Karl Vesper, seorang enterpreneur berbeda dengan seorang ahli ekonomi, psychologist, busiess persons, dan politicians.

-    Tahun 1983, Gifford Pinchot, enterpreneur, adalah seseorang dari dalam organisasi yang sudah ada atau organisasi yang sedang berjalan.

-     Tahun 1985, Robert Hisrich, enterpreneur adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menaggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

(Sumber D. Hisrich dan Michael P. Peters, 1995 : 6)


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kewirausahaan adalah Kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2003 : 1). Ada dua hal yang harus dilakukan oleh wirausaha yaitu kreatif dan inovatif. Kreatif adalah Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new think). Sedangkan inovatif adalah Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Atau dapatArtinya kreatif adalah sesuatu yang baru sedangkan inovatif adalah sesuatu yang berberda.

Kesimpulan wiraswasta sama dengan wirausaha. Walaupun rumusannya berbeda-beda tetapi isi dan karakteristiknya sama. Jika ditinjau lebih lebih dalam perbedaan wiraswasta dengan wirausaha ialah wiraswasta lebih fokus kepada objek, ada usaha yang mandiri, sedang wirausaha lebih menekankan kepada jiwa, semangat, kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Contoh : Dosen, birokrat harus ditanamkan pengetahuan kewirausahaan agar jiwa dan semangat berbeda, pegawai negeri bukan berwirasasta tetapi mereka harus memiliki jiwa wirausaha.

 

Fungsi dan Peran

Dilihat dari ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi, yaitu fungsi secara makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat, Eropa Barat, dan negara-negara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi negara tertentu, sehingga negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang berskala global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.


Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa dorongan, energi, dan dedikasi para wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak pernah terjadi. Menurut J. B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi dan berlimpah ruah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan itu dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda (“not by doing things better but by doing something different”).


Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, yakni: Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk- produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward-lingkages) (Drucker, 1979 : 54). Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efediensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel, karena dapat mnyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan (wealth creation prosess), karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.


Secara mikro, peran wirausaha adalah penanggung risiko dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-


sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya, menurut Marzuki Usman (1977), secara umum wirausaha memiliki dua peran, yaitu


(1)      sebagai penemu (innovator),

(2) sebagai perencana (planner).


Sebagai inovator, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan: Produk baru (the new product), Teknologi baru (the new tecnology), Ide-ide baru (the new image), dan Organisasi usaha baru (the new organization).


Sebagai planner, wirausaha berperan dalam menemukan dan menciptakan: Perencanaan perusahaan (corporate plan), Strategi perusahaan (corporate strategy), Ide-ide dalam perusahaan (corporate image), dan Organisasi perusahaan (corporate organization).


Menurut Zimmerer (1996:51) fungsi wirausaha adalah menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian sumber daya dengan cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah tersebut diciptakan melalui:

1.    Pengembangan teknologi baru (devoloping new technology).

2.    Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge).

3.    Perbaikan produk dan jasa yang ada (improving existing products or services).

4.    Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah lebih banyak dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).

Lain halnya dengan Werner Shombart (1992), yang membagi fungsi entrepreneur menjadi tiga, yaitu:

1.    Kapten industri , yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu

2. Usahawan ( businessman ), yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat, memicu kebutuhan baru untuk mendapat langganan baru. Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.

3. Pemimpin keuangan ( financial leader ), yaitu orang sejak muda menekuni keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.

Selain entrepreneur, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep “ entrepreneur” yaitu orang yang tidak menemukakan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang bersangkutan (Usman, 1977:4), misalnya dalam membuat desain/ suatu produk yang sesuai dengan rancangan pasar permintaan . Fungsi intrapreneu adalah menduplikasi produk baru , dan meniru teknologi baru . Berbeda dengan benchmarking yang berkembang pada kalangan manajer dan wirausaha di Jepang dan Australia. Pada benchmarking, selain meniru juga mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi baru ( meniru dan mengembangkan produk ) atau meniru dengan modifikasi (winardi, 1998).

Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapai tujuan tersebut (Steinhoff dan Burgess, 1993:38).

 

Sifat-Sifat Wirausaha

Seorang wirausahawan adalah seorang yang mampu melihat kedepan. Melihat kedepan berarti berpikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya :

Percaya diri (keteguhan, ketidaktergantungan, kepribadian mantap dan optimisme), berorientasi tugas dan hasil (haus akan prestasi, laba, hasil, tekun, tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik dan penuh inisiatif), pengambil resiko (suka tantangan), kepemimpinan (menanggapi saran dan kritik, dapat bergaul dengan orang lain), keorisinilan (kreatif, inovatif, fleksibel , banyak sumber, serba bisa, dan mengetahui bayak), orientasi ke masa depan (pandangan depan, perseptif ) (BN. Marbun, 1993 : 63)

Sifat-sifat seorang wirausaha dapat ditentukan sebagai berikut :

sebuah.    Percaya diri.

Kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan seseorang dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif , kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja keras, dan kegairahan berkarya.

b.    Berorientasi tugas dan hasil.


Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat , energik , dan berinisiatif. Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat

c.    Keberanian mengambil risiko.

Kemauan dan kemampuan mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Keberanian menanggung risiko tergantuing pada daya tarik setiap alternatif , persediaan untuk kerugian, dan kemungkinan relatif sukses atau gagal. Kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan, dan kemampuan untuk menilai risiko.

d.    Kepemimpinan.

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan. Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat kepeloporan, keteladanan, tampil berbeda , mampu berpikir divergen dan konvergen.

e.    Keorisinilan.

Keorisinilan memiliki unsur-unsur inovatif, kreatif, dan fleksibel. Keinovasian adalah kemampuan untuk bertindak yang baru dan berbeda. Kreatifitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan masalah dan menangkap peluang yang dihadapi setiap hari.


f.     Berorientasi ke masa depan.

Berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari peluang, tidak cepat puas dengan keberhasilan, dan berpandangan jauh ke depan.

Selain itu seorang wirausaha harus memiliki sikap dan kepribadian yang meliputi : Keterbukaan, kebebasan, pandangan yang luas, Berorientasi pada masa datangatang , berencana, berkeyakinan, sadar, dan menghormati orang lain dan pendapat orang lain. Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap terhadap uang. kepribadian wirausaha pengiklan dalam kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, dan dorongan dari kemauan yang kuat .

Sifat keorisinilan seseorang wirausaha menuntut adanya kreatifitas dalam pelaksanaan pekerjaannya. Selanjutnya beberapa karakteristik dari wirausaha yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrive, 1994 : 5) yaitu :

Mimpi (Impian), Penentu (Kecepatan/ketepatan), Pelaku (Bertindak), Tekad (Penuh perhatian), Dedikasi (Kesungguhan), Pengabdian (Kegemaran), Detail (Rinci), Takdir (Tanggung jawab), Dolar (Uang), dan Mendistribusikan (Menyalurkan). (Alma, 2000 :48-49)

Sifat-sifat kelemahan orang kita bersumber pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, serta tanpa orientasi yang tegas. kelemahan itu antara lain disebabkan oleh : Sifat mentalitet yang meremehkan mutu, suka menerabas, percaya pada diri sendiri, tidak disiplin, dan mengabaikan tanggung jawab. (Pandojo, 1982 : 16).


Etika Berwirausaha

Setiap keterlibatan mencakup , kebebasan, pandangan yang luas, berorientasi pada masa depan, berencana, berkeyakinan, sadar, dan menghormati orang lain dan pendapat orang lain. Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap terhadap uang. kepribadian wirausaha pengiklan dalam kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, dan dorongan dari kemauan yang kuat .

Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa baik secara sosial ataupun ekonomi, ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus diperhatikan, yaitu : Kejujuran, Integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu orang lain, menghormati orang lain, warga negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab.

Dalam

Jalan Menuju Wirausaha Sukses

Sukses adalah titik temu antara peluang dan persiapan. Banyak hadits dan ayat al-Qur'an yang menjelaskan bahwa kalau kita mau sukses maka kita harus berusaha dan berdoa, artinya dalam Islam sukses adalah titik temu antara usaha dan do'a. Sedangkan dalam wirausaha sukses itu adalah titik temu di antara peluang. Yang dimaksud peluang adalah kesempatan, lowongan, lokak , dsb.


sedangkan persiapan adalah skill dan knowledge, yang dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat.

Kesuksesan tidak mungkin diraih begitu saja, tetapi ada niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Jalan menuju kesuksesan diantaranya :

Mau bekerja keras (kapasitas untuk kerja keras), bekerja sama dengan orang lain (menyelesaikan sesuatu dengan dan melalui orang lain), penampilan yang baik (penampilan bagus), yakin (kepercayaan diri), pandai membuat keputusan (membuat keputusan yang sehat ), mau menambah ilmu pengetahuan (pendidikan perguruan tinggi), ambisi untuk maju (dorongan ambisi), dan pandai berkomunikasi (kemampuan berkomunikasi ). (Murpy dan Peck, 1980 : 8)

Selanjutnya ada sembilan langkah memulai berwirausaha diantaranya :

1.   kejahatan dengan mimpi.

perilaku dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan. Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah terobosa dalam produk,

2.   Mencintai produk atau pelayanan.

Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa masa sulit.

3.   Pelajari konsep dasar bisnis

Tidak akan ada kesuksesan tanpa ada pengetahuan dasar untuk bisnis yang baik, belajar sambil bekerja, kerja sama terlebih dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar – dasar akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.

4.    Berani

Ambillah resiko. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam usaha dunia, karena hasil yang akan ditanggung akan proporsional terhadap resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil.

5.    Konsultasikan dengan ahlinya.

Carilah nasihat dari pakarnya, tapi ikuti kata – kata kita. Wirausahawan selalu meminta nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat memutuskan dengan indera ke enamnya . Pada tahap awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya.

6.    Kerja keras.

Etos kerja yang keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi kerja keras dan kerja cerdas tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Seorang pengusaha sejati tidak pernah lepas dari pekerjaannya, pada saat tidur pun otaknya bekerja dan berpikir akan bisnisnya . Melamunkan dan memancingnya .

7.    Carilah teman sebanyak mungkin.

Bertemanlah sebanyak -banyaknya. Pada harga dan kualitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasihat, membantu membantu pada masa sulit.

8.    Hadapi kegagalan.

Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam perasaan dan


kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak mematikan. Setiap usaha selalu akan menghadapi resiko kegagalan dan bila mana sampai terjadi , bersiaplah dan hadapilah .

9.    dulu sekarang juga.

Lakukanlah sekarang juga. Bila anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Putuskan dan kerjakan sekarang, karena besok bukanlah milik kita.

Seorang wirausahawan dapat berkembang dari minat atau bakat yang dimilikinya, akan tetapi kreatifitas dalam berusaha justru akan membantu kelancaran usahanya. Ada beberapa watak seorang wirausahawan yang harus dipahami dalam menjalankan sebuah usaha, seperti:

1.    Disiplin diri, yaitu selalu berpegang teguh pada komitmen atau mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri.

2.    Rincian, yaitu usaha-usaha kreatif yang selalu belajar

3.    Menghargai, yaitu memberikan penghargaan atas hasil yang diterima. Guna watak ini selalu memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menghargai hasil karya.

4.    Kreativitas, yaitu semakin kita berbeda dalam menghasilkan sebuah produk yang dibutuhkan pasar akan berkecenderungan untuk diminati .

5.    Bentuk

6.    Keluwesan, yaitu mampu menyesuaikan diri dan mampu melihat berbagai cara pemecahan suatu masalah.

7.    Dorongan, yaitu motivasi untuk mencapai keberhasilan.

8.    Komitmen, yaitu keteguhan untuk melakukan sesuatu yang kita yakini.

Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara kerja sebagai berikut :

 

1.    Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.

2.    Mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkannya peluang tersebut.

3.    Bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien.

4.  Berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.

5.    Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.

6.    Mencintai kegiatan pencapaian dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.

7. Meningkatkan

8. Mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggagalkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.

Selain ciri-ciri di atas, setidaknya ada empat paradigma yang dapat membuat seorang wirausaha menjadi sukses atau unggul dalam tingkat persaingan usaha yang semakin ketat yaitu :

1.    Seorang wirausahawan harus mampu memprediksi peluang di masa depan. Sebab, entrepreneur itu harus sarat ide-ide, seolah hanya melihat peluang dan kepuasan pelanggan. Sedangkan eksekutif, adalah seorang yang selalu menyelesaikan masalah yang timbul di perusahaan.

2. Fleksibilitas dari sang wirausaha. Seorang entrepreneur harus bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja maupun lingkungan usaha. Hal ini diyakini akan membawa perusahaan untuk terus bisa bertahan.

3.  Rule of the game, harus dinamis dalam mengantisipasi berbagai macam kemungkinan sebagai kemampuan mengendalikan permainan. Hal ini berkaitan erat dengan inovasi atau penciptaan hal-hal baru dalam berbisnis. Perubahan sistem pembayaran tarif telepon selular dari pascabayar ke prabayar merupakan contoh nyata perubahan aturan main (rule of the games) yang sangat antisipatif.

4.   Kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada sebelumnya. Inovasi yang kita buat dalam beberapa masa ke depan akan selalu tertinggal. Kemampuan memperbaharui produk dan aturan utama inilah yang dapat membuat seorang wirausaha menjadi pemenang.

Itulah jalan yang harus dilalui oleh seorang wirausaha jika ingin menggapai kesuksesan.


Menghadapi Kegagalan

Calon wirausahawan harus siap gagal. Fahamilah makna kegagalan . Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang berhasil dalam usahanya, ada yang belum berhasil. Pengusaha mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan dan tidak takut mengalaminya . Saya menyadarinya dengan keberanian, bahwa saya bisa saja mengatasi sesuatu yang tidak mungkin saya lakukan berhasil.


Menghadapi risiko, adalah gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan. Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan melewati kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan tangisan potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah proses yang kecil peluang usahanya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Apalagi mengimpikannya saja, jangan!


Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”. Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakannya semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak pernah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemamah mengalami perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak tahu bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kalah. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.


Gemerlap material, pada komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian yang tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami kegagalan, sudah mendapat stempel sosial sebagai manusia yang kehilangan harga. Dunia usaha yang lebih longgar, sering menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum ramahnya , bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang trauma terhadap kegagalan. Ini, “awal kematian” benih- benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya: doronglah masyarakat menjadi pihak yang ikut membangun keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis. Gagal atau berhasil, bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan seorang wirausahawan. Tentu, sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam setiap kegagalan selalu ada pelajaran berharga. Seorang bijak berkata, “sukses hanyalah pijakan terakhir dari tangga kegagalan.”


“Kita perlu menggalakkan orang untuk berani mengambil resiko. Hal ini membutuhkan pola pikir yang sangat berbeda. Untuk kita, itu berarti mengabaikan peraturan yang telah berlaku baik selama 30 tahun lebih.”

Lee Kuan Yew, mantan PM Singapura


Ada banyak pembahasan tentang tips menghadapi kesuksesan. Tetapi bagi kami, sama pentingnya, menyiapkan sejumlah hal untuk menghadapi kegagalan! Billy PS Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah menanyakan kepada peserta trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila jatuh ke dalam air?”


Berbagai jawaban diberikan tetapi yang paling sering ialah ”Dia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda. Untuk menyakinkan mereka, Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya, yang akan ia berikan kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim: ”Orang tenggelam karena dia menetap disitu dan tidak menggerakkan dirinya ke tempat lain.”


Berapa kali orang jatuh tak jadi soal. Kemampuan yang penting untuk bangkit kembali setiap kali jatuh. Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah dia dengan beberapa kali dia bisa bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang benar-benar gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.


Apakah kualitas diri kita akan membantu bangkit kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang harus saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini tidak sempuma.


”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang paling ampuh.”


Ya, faktanya, yakni kemampuan bangkit kembali untuk kesekian kalinya setelah terjatuh. Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai selalu menang bukan dengan kekuatan tapi dengan ketahanan. Kesaksian jauh Anda jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering Anda bangkit kembali.


Apabila Anda dapat terus mencoba setelah tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi pemimpin dalam pekerjaan Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana dia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal ? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab,


”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan berhasil karena telah kehabisan percobaan yang gagal.”


Sungai Colorado mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, menghasilkan larangan yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya Wright adalah saudara dari pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton menghasilkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna netra yang tegar Helen


Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, kebahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Dan, tentu saja, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis, politik, dan kehidupan pribadi.

“Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada di luar ketika mereka yakin idenya akan berhasil.”

Bukit Dr.Napoleon _

“Anda tumbuh menjadi semakin dewasa dan bijaksana. Dulu Anda menanggung kegagalan secara pribadi. Ketika kulit Anda mulai berkerut sejalan dengan usia, Anda cenderung belajar dari kesalahan - kesalahan Anda”

Cheong Chon Kong

“Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa Amerika Serikat merupakan hasil dari kegagalan total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.”

Eugenio Barba.

Mengantisipasi bencana sejak dini, karakteristik seorang pengusaha. Jangan biarkan kesombongan dan sentimen mempengaruhi pengambilan keputusan Anda. Sebuah gagasan gagal , adalah pelajaran yang ada saat untuk bangkit kembali untuk mengejar target-target Anda berikutnya.

Babe Ruth, pemain bisbol terkenal, tidak hanya mencetak 714 home run, namun dia juga pernah lolos (strike out) 1330 kali.


Ray Meyer, pelatih bola keranjang legendaris di Universitas DePaul telah memimpin penembakan memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat mencatat kekalahan , setelah kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya . “Luar biasa!” katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”

Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, melihat kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya untuk memikirkan kegagalan .

Untuk memicu kesiapan mental Anda, kami belajar dari cerita tentang seorang eksekutif IBM yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan transaksi yang merugikan perusahaan jutaan dolar. Thomas J. Watson, pendiri IBM, memanggil eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.

“Saya tahu Anda pasti meminta saya atas tuduhan itu, bukan?”

Anda tidak perlu cemas. Kami baru saja mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidik Anda!” Begitu jawab Watson.

“Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana di mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti kami menciptakan sebuah organisasi di mana kegagalan tidak hanya ditoleransi tetapi dikritik karena menyampaikan gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan brilian yang sangat potensial tak akan pemamah terucapkan dan tak akan pemamah terdengar.


Kegagalan masih bisa ditolerir selama itu tidak menjadi kebiasaan.”

Michael Eisner, Walt Disney Corp.

Jadi? Ya, gagal bukan akhir bisnis, tapi jangan kelewatan . Apalagi menjadi “kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda patut semakin bijaksana . fahami, kapan harus meminimalkan kerugian .

“Di dunia kerja, yang disebut masalah sesungguhnya adalah kesempatan yang menunggu, dipungut.”

Henry J. Kaiser

”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah berakhir pada saat dimulainya persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan Maret 1999. Setelah masa- masa sulit selama dua tahun sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs Co., salah satu bank investasi terbesar dunia.”

William E. Heinecke, konglomerat Thailand

Pembaca, saat banyak konglomerat bangkrut dan bank-bank mengalami kegagalan di Thailand, tujuh hotel milik Heinecke, restoran siap saji dan perusahaan lainnya terus berusaha keras keluar dari krisis serta berusaha mendulang keuntungan di tahun 1998. Meskipun banyak analis memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 dan menguji Baht Thailand, tidak banyak perusahaan yang dapat menandingi kemampuan kerja kelompok bisnis Heinceke.


Fantastis, hotel Heinecke mengalami kenaikan 24%,

246 restoran grup bisnisnya menarik lebih dari tak kurang dari lima juta pelanggan! Pada tahun 1997 kelompok perusahaan Heineke mengalami kerugian 1 milyar baht , tetapi setahun kemudian tiga perusahaannya yang telah go public , mendapatkan keuntungan bersih 500 juta baht, pada triwulan pertama tahun 1999, keuntungannya lebih banyak lagi.

Belum yakin, kegagalan , hanyalah tikungan tajam yang menuntut usaha ”kendaraan” , sedikit mengurangi kecepatan, lalu di depan, begitu melihat ”peluang jalan mulus”, Anda bisa menebusnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bisnis Heinecke di Thailand, saat ini benar-benar telah pulih.

Regent Bangkok, salah satu hotel terbesar di Asia, tingkat huniannya tetap tinggi. Saat itu, Regent berada di bawah kendali beberapa perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan manajerial seperti halnya perusahaan-perusahaan lain di Thailand sehingga mereka berusaha untuk menjual saham Regent. Regent dimiliki oleh Rajadamri Hotel Company yang kemudian 32% sahamnya dimiliki oleh sebuah perusahaan Jepang yang telah bangkrut yang diwakili oleh sebuah bank Jepang yang cukup besar.

Masih ada lagi faktor lain yang lebih penting. Rajadamri Hotel Company juga memiliki 26% saham hotel bintang lima milik Heinecke, di Thailand Utara, Regent Chiang Mai. Heineke enggan menjualnya pada orang asing karena ia tak ingin ada orang asing menguasai tanah keramat itu. Bagi Heinecke, ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Regent Bangkok yang dijual pada awal tahun 1999 merupakan tindakan yang tepat, setelah sebelumnya ia sudah memiliki saham Regent hampir 29%.


Apa kata Heineke tentang pelintasan bisnisnya yang penuh tikungan di masa krisis ini?

“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan kemampuan yang telah saya pelajari :memperhatikan intuisi, menggunakan jaringan kerja kontrak yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan, persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi . Saya berusaha menguji kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar tangguh. Goldman Sachs, salah satu grup investasi terkuat di dunia ini, merupakan pemegang saham individu terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa sesuka hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan tinggi, hasil seperti ini sudah cukup memuaskan”.

Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan energi kreatif Anda. Tetaplah berpikir kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan produk baru atau usaha baru yang mungkin belum terpikirkan.

Jangan terpaku pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang kala ketika seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia meninjau kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut .

Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko tetapi lebih lambat dari yang lain.

Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah. Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan di tempat dan kondisi stimulasi di sekitar kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?

Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni bidang usaha yang berlainan dan kita harus menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dituntut mempelajari skill baru , sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba baru itu.

pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali dari kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk Jepang sempat dinilai murahan , tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku di Negara kita saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.

Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera, kulkas, televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau sistem perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. Padahal yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru .

Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kulturkewirausahaan tumbuh subur di sana, menguasai dunia .

Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan di mana Anda telah menaruh perhatian untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah menggantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia, Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.

”Jangan malu karena gagal, …seperti Christopher Colombus.” ”Ketahuilah apa yang akan Anda lakukan, lakukanlah dan jangan menunda kembali. Jika Anda membuat kesalahan, buatlah kesalahan yang hebat. Seperti orang yang sampai di perempatan jalan dan bertanya, "Arah mana yang perlu saya tuju, arah sana atau sini?" Pergi saja! Pilih satu arah dan pergilah. Tidak yakin masa itu pasti ada. Segala sesuatu punya waktu dan tempat yang wajar.”

Gum Rut

Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, langganan negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai memikirkan hal yang sebaliknya? Anda bisa!

0 Comment