KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN
Pengertian Kewirausahaan
Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu kita sering mendengar istilah saudagar dan wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan sta berarti berdiri. Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau yang berarti seribu dan dagar yang berarti akal . jadi, saudagar berarti seribu akal. (Rasyid, 1981 : 4)
Terungkap dari ungkapan etimologis tersebut, maka wirasasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
(Soemanto, 1984 : 43)
Istilah wirausaha berasal dari Enterpreneur (Francis), yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan Between Taker atau Go-Between yang berarti perantara. (Alma, 2000 : 19). Sejarah Between Taker atau Go-Bet (perantara) bahwa pada saat Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh, dia setuju dengan kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha. Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian keuntungan sebesar 25 % termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung resiko apa-apa, saat kapal pesiar tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka sipemilik modal menerima keuntungan lebih 75 % .
Perkembangan teori dan istilah enterpreneur adalah sebagai berikut :
- Asal kata enterpreneur dari bahasa Francis Between Taker atau Go-Between.
- Abad pertengahan diartikan sebagai aktor atau orang yang bertanggung jawab dalam proyek produksi berskala besar.
- Abad ke-17 diartikan sebagai
orang yang menanggung resiko untung rugi dalam mengadakan kontrak pekerjaan dengan
pemerintah dengan menggunakan harga
tetap (
memperbaiki harga).
- Tahun 1725, Richard Cantilon
menyatakan pengusaha sebagai orang yang menanggung resiko yang berbeda dengan orang yang memberi modal.
- Tahun 1997, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung resiko,
yang merencanakan, mengawasi, mengorganisasi dan memiliki.
- Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya keunggulan antara keuntungan untuk pengusaha dan keuntungan untuk pemikik modal.
- Tahun
1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal dan menerima
bunga, dengan orang yang menerima
keuntungan karena keberhasilan memimpin usaha.
-
Tahun
1934,
Joseph
Schumpeter, seorang
enterpreneur inovator dan mengembangkan teknologi.
- Tahun
1961 , David McLelland, enterpreneur adalah seorang
yang energik dan membatasi resiko.
- Tahun 1964, Peter Drucker,
seorang enterpreneur adalah seseorang
yang mampu memanfaatkan peluang.
- Tahun 1975, Albert Shapero,
seseorang yang memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis
sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan.
- Tahun 1980, Karl Vesper,
seorang enterpreneur berbeda
dengan seorang ahli ekonomi, psychologist,
busiess persons, dan politicians.
-
Tahun 1983, Gifford
Pinchot, enterpreneur, adalah seseorang dari dalam organisasi yang
sudah ada atau organisasi yang sedang berjalan.
- Tahun 1985, Robert Hisrich,
enterpreneur adalah proses penciptaan sesuatu
yang berbeda dengan mengabdikan
seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menaggung
resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.
(Sumber D. Hisrich dan Michael P. Peters, 1995 : 6)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kewirausahaan adalah Kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. (Suryana, 2003 : 1). Ada dua hal yang harus dilakukan oleh wirausaha yaitu kreatif dan inovatif. Kreatif adalah Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (thinking new think). Sedangkan inovatif adalah Kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Atau dapatArtinya kreatif adalah sesuatu yang baru sedangkan inovatif adalah sesuatu yang berberda.
Kesimpulan wiraswasta sama dengan wirausaha. Walaupun rumusannya berbeda-beda tetapi isi dan karakteristiknya sama. Jika ditinjau
lebih lebih dalam
perbedaan wiraswasta dengan wirausaha ialah wiraswasta lebih fokus kepada objek, ada usaha yang
mandiri, sedang wirausaha lebih menekankan kepada jiwa, semangat,
kemudian diaplikasikan dalam segala aspek kehidupan. Contoh : Dosen, birokrat harus ditanamkan
pengetahuan kewirausahaan agar jiwa dan semangat berbeda,
pegawai negeri bukan
berwirasasta tetapi mereka harus memiliki jiwa
wirausaha.
Fungsi dan Peran
Dilihat dari
ruang lingkupnya wirausaha memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi secara makro dan fungsi mikro. Secara makro, wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu perekonomian suatu bangsa. Di Amerika Serikat,
Eropa Barat, dan negara-negara di Asia, kewirausahaan menjadi kekuatan ekonomi
negara tertentu, sehingga
negara-negara tersebut menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari
penemuan ilmiah, penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi
rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk
barang dan jasa-jasa yang berskala global. Semua itu merupakan hasil dari proses dinamis wirausaha yang kreatif. Bahkan
para wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Wirausahalah yang berani mengambil risiko, memimpin, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa
dorongan, energi, dan dedikasi para
wirausaha, pembentukan (formasi) investasi pada perusahaan-perusahaan baru tidak pernah terjadi. Menurut
J. B. Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi dan berlimpah
ruah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan perubahan. Perubahan itu dilakukan
tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi dengan melakukan sesuatu yang berbeda (“not by doing things better but by doing something different”).
Secara kualitatif, peranan wirausaha melalui
usaha kecilnya tidak diragukan
lagi, yakni: Pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar
bagi hasil produk- produk industri
besar. Usaha kecil berfungsi sebagai
transformator antarsektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun
ke belakang (forward and backward-lingkages) (Drucker,
1979 : 54). Kedua, usaha kecil dapat
meningkatkan efediensi ekonomi
khususnya dalam menyerap
sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel,
karena dapat mnyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Ketiga,
usaha kecil dipandang
sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha
dan pemerataan pendapatan (wealth creation prosess), karena jumlahnya tersebar baik
di perkotaan maupun di pedesaan.
Secara mikro, peran wirausaha
adalah penanggung risiko
dan ketidakpastian, mengombinasikan sumber-
sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda
untuk menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru. Dalam melakukan fungsi mikronya, menurut
Marzuki Usman (1977),
secara umum wirausaha
memiliki dua peran,
yaitu
(1) sebagai penemu (innovator),
(2) sebagai perencana
(planner).
Sebagai inovator, wirausaha
berperan dalam menemukan dan menciptakan: Produk baru (the new product), Teknologi baru (the new
tecnology), Ide-ide baru (the new
image), dan Organisasi usaha baru (the new organization).
Sebagai planner, wirausaha
berperan dalam menemukan
dan menciptakan: Perencanaan perusahaan (corporate plan), Strategi perusahaan (corporate strategy), Ide-ide dalam perusahaan (corporate image), dan Organisasi perusahaan (corporate organization).
Menurut
Zimmerer (1996:51) fungsi wirausaha adalah
menciptakan nilai barang dan jasa di pasar melalui proses pengombinasian sumber daya dengan
cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing.
Nilai tambah tersebut
diciptakan melalui:
1.
Pengembangan
teknologi baru (devoloping new technology).
2.
Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge).
3.
Perbaikan produk dan jasa yang ada (improving existing products or services).
4.
Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah lebih banyak
dengan menggunakan sumber daya lebih sedikit
(finding different ways of providing more
goods and services with fewer resources).
Lain halnya
dengan Werner Shombart (1992), yang membagi fungsi entrepreneur menjadi
tiga, yaitu:
1. Kapten industri , yang mulai sebagai teknisi atau tukang dalam satu bidang keahlian, kemudian berhasil menemukan sesuatu
2. Usahawan ( businessman ), yaitu orang yang menganalisis berbagai kebutuhan masyarakat, memicu kebutuhan baru untuk mendapat langganan baru. Perhatiannya yang paling utama adalah penjualan.
3. Pemimpin keuangan ( financial leader ), yaitu orang sejak muda menekuni keuangan, mengumpulkan uang, dan menggabungkan sumber-sumber keuangan.
Selain entrepreneur, istilah lain yang juga dikenal adalah konsep “ entrepreneur” yaitu orang yang tidak menemukakan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai pada unit usaha yang bersangkutan (Usman, 1977:4), misalnya
dalam membuat desain/ suatu produk yang sesuai dengan
rancangan pasar permintaan . Fungsi intrapreneu
adalah menduplikasi produk baru , dan meniru teknologi baru . Berbeda dengan
benchmarking yang berkembang pada kalangan manajer dan wirausaha di Jepang dan Australia. Pada benchmarking, selain meniru juga mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi baru ( meniru dan mengembangkan produk ) atau meniru dengan modifikasi (winardi, 1998).
Beberapa definisi di atas secara umum dapat diartikan tingkat keberhasilan tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci keberhasilan adalah memiliki tujuan dan visi untuk mencapai tujuan tersebut (Steinhoff dan Burgess, 1993:38).
Sifat-Sifat Wirausaha
Seorang wirausahawan
adalah seorang yang mampu melihat kedepan. Melihat kedepan berarti berpikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai alternatif masalah dan pemecahannya. Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya :
Percaya diri (keteguhan, ketidaktergantungan, kepribadian mantap dan optimisme), berorientasi tugas dan hasil (haus akan prestasi, laba, hasil, tekun, tabah, tekad, kerja keras, motivasi, energik
dan penuh inisiatif), pengambil resiko (suka tantangan), kepemimpinan (menanggapi saran dan kritik, dapat bergaul dengan orang lain), keorisinilan (kreatif, inovatif, fleksibel , banyak sumber, serba bisa,
dan mengetahui bayak), orientasi ke masa depan (pandangan depan, perseptif
) (BN. Marbun, 1993 : 63)
Sifat-sifat seorang wirausaha dapat ditentukan sebagai berikut :
sebuah. Percaya diri.
Kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan
seseorang dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri berpengaruh pada gagasan, karsa, inisiatif , kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat
kerja keras, dan kegairahan berkarya.
b.
Berorientasi
tugas dan hasil.
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat
, energik , dan berinisiatif. Berinisiatif adalah keinginan untuk selalu mencari dan memulai dengan tekad yang kuat
c. Keberanian mengambil
risiko.
Kemauan dan kemampuan mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Keberanian menanggung risiko tergantuing pada daya tarik setiap alternatif , persediaan untuk kerugian, dan kemungkinan relatif sukses
atau gagal. Kemampuan
untuk mengambil risiko ditentukan oleh keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan, dan kemampuan untuk
menilai risiko.
d. Kepemimpinan.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan. Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat kepeloporan, keteladanan, tampil berbeda
, mampu berpikir divergen dan konvergen.
e. Keorisinilan.
Keorisinilan memiliki unsur-unsur inovatif, kreatif, dan fleksibel. Keinovasian adalah kemampuan untuk
bertindak yang baru dan berbeda. Kreatifitas adalah kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan masalah dan menangkap peluang yang dihadapi setiap hari.
f.
Berorientasi
ke masa depan.
Berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari peluang,
tidak cepat puas dengan keberhasilan, dan berpandangan jauh ke depan.
Selain itu seorang wirausaha harus memiliki sikap dan kepribadian yang meliputi : Keterbukaan, kebebasan, pandangan yang luas, Berorientasi pada masa datangatang , berencana, berkeyakinan, sadar, dan menghormati orang lain dan pendapat orang lain. Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap terhadap uang. kepribadian wirausaha pengiklan dalam kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian
menghadapi risiko,
dan dorongan dari kemauan yang kuat .
Sifat keorisinilan seseorang wirausaha menuntut
adanya kreatifitas dalam pelaksanaan pekerjaannya. Selanjutnya beberapa karakteristik dari wirausaha yang berhasil memiliki sifat-sifat yang dikenal dengan istilah 10 D (Bygrive, 1994 : 5) yaitu :
Mimpi (Impian), Penentu (Kecepatan/ketepatan), Pelaku
(Bertindak), Tekad (Penuh perhatian), Dedikasi (Kesungguhan), Pengabdian (Kegemaran), Detail (Rinci), Takdir (Tanggung jawab), Dolar (Uang), dan Mendistribusikan (Menyalurkan). (Alma, 2000 :48-49)
Sifat-sifat kelemahan
orang kita bersumber
pada kehidupan penuh raga, dan kehidupan tanpa pedoman, serta tanpa orientasi yang tegas. kelemahan itu antara lain disebabkan oleh : Sifat mentalitet yang meremehkan mutu,
suka menerabas, percaya pada diri sendiri, tidak disiplin, dan mengabaikan tanggung
jawab. (Pandojo, 1982 : 16).
Etika Berwirausaha
Setiap keterlibatan mencakup , kebebasan, pandangan yang luas, berorientasi pada masa depan, berencana, berkeyakinan, sadar, dan menghormati orang lain dan pendapat orang lain. Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian, kemampuan hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap terhadap
uang. kepribadian wirausaha
pengiklan dalam kreativitas, disiplin diri, kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko,
dan dorongan dari kemauan yang kuat .
Terlepas dari tujuan berwirausaha yang bisa baik secara sosial ataupun ekonomi,
ada beberapa etika berwirausaha yang penting dan harus diperhatikan, yaitu :
Kejujuran, Integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu orang lain, menghormati orang lain, warga negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab.
Dalam
Jalan Menuju Wirausaha
Sukses
Sukses adalah titik temu antara peluang
dan persiapan. Banyak hadits dan ayat al-Qur'an
yang menjelaskan bahwa kalau kita mau sukses maka kita harus berusaha dan berdoa, artinya dalam Islam sukses adalah titik temu antara usaha dan do'a. Sedangkan dalam wirausaha sukses itu adalah titik temu di antara peluang. Yang dimaksud peluang adalah kesempatan, lowongan, lokak , dsb.
sedangkan persiapan adalah skill dan knowledge, yang dibuktikan dengan ijazah dan sertifikat.
Kesuksesan tidak mungkin diraih begitu saja, tetapi ada niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Jalan menuju kesuksesan diantaranya :
Mau bekerja keras (kapasitas untuk kerja keras), bekerja sama dengan orang lain (menyelesaikan sesuatu dengan dan melalui orang lain), penampilan yang baik (penampilan bagus), yakin (kepercayaan diri), pandai membuat keputusan (membuat keputusan yang sehat ), mau menambah ilmu pengetahuan (pendidikan perguruan tinggi), ambisi untuk maju (dorongan ambisi), dan pandai berkomunikasi (kemampuan berkomunikasi ).
(Murpy dan Peck, 1980 : 8)
Selanjutnya ada sembilan langkah
memulai berwirausaha diantaranya :
1.
kejahatan dengan mimpi.
perilaku dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan yakinkan akan produk yang akan kita tawarkan. Pemimpilah yang selalu menciptakan
dan membuat sebuah
terobosa dalam produk,
2. Mencintai produk
atau pelayanan.
Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan pada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat
kita mampu melewati masa masa sulit.
3.
Pelajari konsep dasar bisnis
Tidak akan ada kesuksesan tanpa ada pengetahuan dasar untuk bisnis yang baik, belajar sambil bekerja, kerja sama terlebih dahulu selama 1-2
tahun untuk dapat mempelajari dasar – dasar akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.
4. Berani
Ambillah resiko. Berani mengambil
resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam usaha dunia, karena hasil yang akan ditanggung
akan proporsional terhadap
resiko yang akan diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik – baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil.
5. Konsultasikan dengan
ahlinya.
Carilah nasihat dari pakarnya, tapi ikuti kata – kata kita. Wirausahawan selalu meminta nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat memutuskan dengan indera ke enamnya . Pada tahap awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci suksesnya.
6. Kerja keras.
Etos kerja yang keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi kerja keras dan
kerja
cerdas tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Seorang pengusaha sejati tidak pernah lepas dari pekerjaannya,
pada saat tidur pun otaknya bekerja dan berpikir akan bisnisnya . Melamunkan dan memancingnya .
7. Carilah teman sebanyak mungkin.
Bertemanlah sebanyak
-banyaknya. Pada harga dan kualitas
yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit mahal, orang akan tetap membeli
dari teman. Teman akan membantu
mengembangkan usaha kita, memberi nasihat,
membantu membantu pada masa sulit.
8. Hadapi kegagalan.
Kegagalan merupakan sebuah vitamin
untuk menguatkan dan mempertajam perasaan
dan
kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidak mematikan. Setiap usaha selalu akan menghadapi resiko kegagalan dan bila mana sampai terjadi , bersiaplah dan hadapilah .
9. dulu sekarang
juga.
Lakukanlah sekarang
juga. Bila anda telah siap, lakukanlah sekarang
juga. Putuskan dan kerjakan sekarang,
karena besok bukanlah
milik kita.
Seorang wirausahawan dapat berkembang dari minat atau bakat yang dimilikinya, akan tetapi kreatifitas dalam berusaha justru akan membantu kelancaran usahanya. Ada beberapa watak seorang wirausahawan yang harus dipahami dalam menjalankan sebuah usaha, seperti:
1.
Disiplin diri, yaitu selalu berpegang teguh pada komitmen atau mematuhi aturan yang dibuatnya sendiri.
2. Rincian, yaitu usaha-usaha kreatif yang selalu belajar
3. Menghargai, yaitu memberikan penghargaan atas hasil yang diterima. Guna watak ini selalu memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menghargai hasil karya.
4.
Kreativitas,
yaitu semakin kita berbeda dalam menghasilkan sebuah produk yang dibutuhkan pasar akan berkecenderungan untuk diminati .
5. Bentuk
6. Keluwesan, yaitu mampu menyesuaikan diri dan mampu melihat berbagai cara pemecahan suatu masalah.
7. Dorongan, yaitu motivasi untuk mencapai keberhasilan.
8.
Komitmen, yaitu keteguhan untuk melakukan sesuatu yang kita yakini.
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri dan cara-cara kerja sebagai berikut :
1.
Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui
usaha yang dilaksanakannya.
2.
Mencari dan menangkap
peluang yang menguntungkan dan memanfaatkannya peluang
tersebut.
3.
Bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien.
4. Berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan
berbagai pihak, terutama
kepada pembeli.
5.
Menghadapi
hidup dan menangani
usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
6.
Mencintai kegiatan pencapaian
dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
7. Meningkatkan
8. Mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggagalkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Selain ciri-ciri di atas, setidaknya ada empat paradigma yang dapat membuat seorang wirausaha menjadi sukses atau unggul dalam tingkat persaingan usaha yang semakin ketat yaitu :
1. Seorang wirausahawan harus mampu memprediksi peluang di masa depan. Sebab, entrepreneur itu harus sarat ide-ide, seolah hanya melihat peluang dan kepuasan pelanggan. Sedangkan eksekutif, adalah seorang yang selalu menyelesaikan masalah yang timbul di perusahaan.
2. Fleksibilitas dari sang wirausaha. Seorang entrepreneur harus bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja maupun lingkungan usaha. Hal ini diyakini akan membawa perusahaan untuk terus bisa bertahan.
3. Rule of the game, harus dinamis dalam mengantisipasi berbagai macam kemungkinan sebagai
kemampuan mengendalikan permainan. Hal ini berkaitan
erat dengan inovasi atau penciptaan hal-hal baru dalam berbisnis. Perubahan sistem pembayaran tarif telepon selular dari pascabayar ke prabayar merupakan contoh
nyata perubahan aturan main (rule of the games) yang sangat antisipatif.
4. Kemampuan melanjutkan perubahan dari aturan atau bentuk yang telah ada sebelumnya. Inovasi yang kita buat dalam beberapa masa ke depan akan selalu tertinggal. Kemampuan memperbaharui produk dan aturan utama inilah yang dapat membuat
seorang wirausaha menjadi pemenang.
Itulah jalan yang harus dilalui oleh seorang wirausaha jika ingin menggapai kesuksesan.
Menghadapi Kegagalan
Calon wirausahawan harus siap gagal. Fahamilah makna kegagalan . Tanpa faham filosofi itu, jangan berpikir mau mengambil
jalan menjadi wirausaha. Alasannya, ada yang berhasil dalam usahanya,
ada yang belum berhasil. Pengusaha
mengetahui bahwa ”kegagalan” bukan akhir permainan
dan tidak takut mengalaminya . Saya menyadarinya dengan keberanian, bahwa saya bisa saja mengatasi sesuatu yang tidak mungkin saya lakukan
berhasil.
Menghadapi risiko,
adalah gabungan kerja keras, kecerdikan, kehati-hatian, kecermatan membaca
peluang dan kesiapan menghadapi kegagalan maupun keberhasilan. Happy ending sebuah ikhtiar adalah keberhasilan. Ini dicapai, tentu setelah melewati keberhasilan demi keberhasilan kecil, seperti keberhasilan melewati kesulitan dan bahaya. Proses ini dibangun dari kesungguhan melahirkan tangisan potensi diri seorang wirausahawan. Dengan begitu, ia mengubah “kekalahan menjadi kemenangan”, sebuah
proses yang kecil peluang usahanya tanpa kesiapan mental menghadapi kegagalan. Kalau Anda termasuk yang tidak siap gagal, lebih baik jangan meniti jalan ini. Apalagi mengimpikannya saja, jangan!
Setiap kegagalan adalah pelajaran yang mendorong pengusaha untuk mencoba pendekatan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya. Bagi pengusaha sejati, “Berani Gagal” berarti “Berani Belajar”. Dengan gagal dan dengan belajar, pengusaha bertumbuh menjadi orang yang lebih baik dan belajar bagaimana menciptakan kekayaan sejati. Walaupun pengusaha kehilangan kekayaan materi yang telah mereka peroleh, mereka tahu bagaimana menciptakannya semua kekayaan itu lagi. Pelajarannya tidak pernah hilang. Sebaliknya, mereka yang tidak pemamah mengalami perjalanan yang sulit dan menemukan kekayaan dengan mudah, tidak tahu bagaimana menciptakan kekayaan ketika mereka kalah. Dengan kata lain, mereka yang tidak gagal tak akan tahu kekayaan sejati.
Gemerlap material, pada komunitas bahkan kehidupan sosial yang serba benda (materialistis), lebih banyak memperoleh penilaian yang tinggi. Sebaliknya, siapa pun mengalami
kegagalan, sudah mendapat
stempel sosial sebagai
manusia yang kehilangan harga. Dunia usaha yang lebih longgar, sering menjadi figur yang menghadapi titik balik sikap sosial terhadapnya. Dulu, saat masih jaya, ia banyak rekan dan
kolega, setelah gagal dalam usahanya, hampir semua rekan dan kolega yang dulu mendukungnya, menebar senyum
ramahnya , bahkan mengajak bermitra, hilang sudah! Akibat cara pandang seperti ini, banyak wirausahawan yang trauma terhadap kegagalan. Ini, “awal kematian” benih- benih kewirausahaan. Semua pihak harus mengubah sikapnya: doronglah masyarakat menjadi pihak yang ikut membangun keberanian banyak orang untuk respek terhadap ikhtiar orang meraih keberhasilan dalam bisnis.
Gagal atau berhasil, bukan menjadi satu-satunya alasan menghargai atau meremehkan seorang wirausahawan. Tentu, sembari tetap mentransfer sikap-sikap arif, bahwa dalam
setiap kegagalan selalu ada pelajaran berharga. Seorang bijak berkata, “sukses hanyalah pijakan terakhir
dari tangga kegagalan.”
“Kita perlu menggalakkan orang untuk berani
mengambil resiko. Hal ini membutuhkan pola pikir yang sangat berbeda. Untuk kita, itu berarti
mengabaikan peraturan yang telah berlaku
baik selama 30 tahun lebih.”
Lee Kuan Yew, mantan
PM Singapura
Ada banyak pembahasan tentang
tips menghadapi kesuksesan. Tetapi bagi kami, sama pentingnya, menyiapkan sejumlah hal untuk menghadapi kegagalan! Billy PS Lim, motivator kelas dunia yang berbasis di Malaysia, pernah
menanyakan kepada peserta
trainingnya tentang satu masalah menarik. ”Mengapa orang akan tenggelam apabila
jatuh ke dalam air?”
Berbagai
jawaban diberikan tetapi yang paling sering ialah
”Dia tak dapat berenang.” Yang hadir heran, karena Lim menyalahkan jawaban itu. Yang hadir mengira, Lim bercanda.
Untuk menyakinkan mereka,
Lim memberi contoh kejadian orang tenggelam di air
sedalam tiga inci. Akhirnya, ia memberitahu jawabannya, yang akan ia berikan
kepada Anda sekarang. Kami kutip pendapat Lim:
”Orang tenggelam karena dia menetap
disitu dan tidak menggerakkan dirinya
ke tempat lain.”
Berapa kali orang jatuh tak jadi soal. Kemampuan yang penting untuk bangkit kembali setiap kali jatuh. Jangan ukur seseorang dengan menghitung berapa kali dia jatuh, ukurlah dia dengan beberapa kali dia bisa bangkit kembali. Seseorang yang mampu bangkit kembali setelah jatuh, tidak akan putus asa. Menyedihkan, mendengar bahwa banyak orang seperti mereka, setelah sekali dua kali gagal, memilih untuk menetap di situ dan akhirnya mati sebagai orang yang benar-benar gagal, tersungkur, dan tidak bangkit lagi.
Apakah kualitas
diri kita akan membantu bangkit
kembali setelah kita terjatuh? Kualitas diri sendiri adalah sesuatu yang harus saya sebutkan, karena kalau tidak, makna buku ini tidak sempuma.
”Tidak ada apapun di dunia ini yang bisa menggantikannya. Bakatpun tidak; Banyak sekali orang berbakat yang tidak sukses. Kejeniusanpun tidak; Jenius yang tidak sukses sudah hampir menjadi olok-olokan. Pendidikanpun tidak; dunia ini penuh dengan orang terpelajar. Hanya kemauan dan ketabahan saja yang
paling ampuh.”
Ya, faktanya, yakni kemampuan bangkit
kembali untuk kesekian
kalinya setelah terjatuh.
Dalam benturan antara sungai dan batu, air sungai selalu menang bukan dengan
kekuatan tapi dengan ketahanan. Kesaksian
jauh Anda jatuh tidak menjadi
masalah, tetapi yang penting seberapa
sering Anda bangkit kembali.
Apabila Anda dapat terus mencoba setelah
tiga kegagalan, Anda dapat mempertimbangkan diri untuk menjadi
pemimpin dalam pekerjaan
Anda sekarang. Jika Anda terus mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri Anda. Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya, bagaimana dia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal ? Penemu bola
lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, General Electric ini menjawab,
”Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan berhasil karena telah kehabisan
percobaan yang gagal.”
Sungai Colorado
mengalir tabah terus-menerus, melahirkan Grand Canyon. Charles Goodyear yang tekun, menghasilkan larangan yang memungkinkan kendaraaan melaju kencang. Tabahnya
Wright adalah saudara dari pesawat terbang. Bethoven, mengisi dunia dengan musik inspiratif, John Milton menghasilkan karya puisi indah yang menyejukkan hati, perempuan tuna netra yang tegar Helen
Keller, memberikan harapan kepada semua orang cacat, kebahan Abraham Lincoln membuatnya terpilih menjadi presiden. Dan, tentu saja, Thomas Alfa Edison, memberi kita cahaya listrik. Kesuksesan tergantung pada kekuatan untuk bertahan. Kurang tabah merupakan salah satu alasan orang gagal dalam bisnis,
politik, dan kehidupan
pribadi.
“Setiap orang sukses menyatakan bahwa kesuksesan hanya berada
di luar ketika
mereka yakin idenya akan berhasil.”
Bukit Dr.Napoleon _
“Anda tumbuh menjadi
semakin dewasa dan bijaksana. Dulu Anda menanggung kegagalan secara pribadi. Ketika kulit Anda mulai berkerut sejalan dengan usia, Anda cenderung belajar dari kesalahan
- kesalahan Anda”
Cheong Chon Kong
“Secara sederhana, kegagalan adalah situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam sesuatu yang positif. Jangan lupa bahwa Amerika
Serikat merupakan hasil dari kegagalan
total. Karena Columbus sebenarnya ingin mencari jalan ke Asia.”
Eugenio Barba.
Mengantisipasi bencana
sejak dini, karakteristik seorang pengusaha. Jangan biarkan kesombongan dan sentimen mempengaruhi pengambilan keputusan Anda. Sebuah gagasan gagal , adalah pelajaran yang
ada saat untuk bangkit kembali
untuk mengejar target-target Anda berikutnya.
Babe Ruth, pemain bisbol terkenal, tidak hanya mencetak 714 home run, namun dia juga pernah lolos (strike out) 1330 kali.
Ray Meyer, pelatih bola keranjang legendaris di Universitas DePaul telah memimpin penembakan memenangkan 37 musim, kompetisi. Saat mencatat kekalahan , setelah kemenangannya yang ke-29, dia ditanya bagaimana perasaannya
. “Luar biasa!” katanya. “Sekarang kami dapat mengkonsentrasikan diri bagaimana memenangkan permainan daripada memikirkan kekalahan ini.”
Kegagalan, jangan biarkan sebagai sesuatu yang final. Entrepreneur sejati, melihat kegagalan sebagai awal, batu loncatan untuk memperbaharui kinerja bisnis mereka di masa mendatang. Pemimpin tidak menghabiskan waktunya untuk memikirkan kegagalan .
Untuk memicu kesiapan mental Anda, kami belajar dari cerita tentang seorang eksekutif IBM
yang memiliki prospek cerah. Ia baru saja melakukan kesalahan transaksi yang merugikan
perusahaan jutaan dolar.
Thomas J. Watson,
pendiri IBM, memanggil
eksekutif muda itu ke kantornya. Spontan eksekutif itu berkata.
“Saya tahu Anda pasti meminta saya atas tuduhan itu, bukan?”
Anda tidak perlu cemas. Kami baru saja mengeluarkan jutaan dolar untuk mendidik Anda!” Begitu jawab Watson.
“Perusahaan seperti milik kami harus menciptakan suasana
di mana orang-orang tidak takut mengalami kegagalan. Ini berarti
kami menciptakan sebuah organisasi di mana
kegagalan tidak hanya ditoleransi tetapi dikritik karena menyampaikan gagasan bodoh juga dihilangkan. Jika tidak, maka banyak orang yang merasa cemas dan tidak nyaman. Dan gagasan-gagasan brilian yang sangat potensial tak akan pemamah terucapkan dan tak akan pemamah terdengar.
Kegagalan masih bisa ditolerir
selama itu tidak menjadi kebiasaan.”
Michael Eisner, Walt Disney Corp.
Jadi? Ya, gagal bukan akhir bisnis, tapi jangan kelewatan . Apalagi menjadi “kebiasaan”. Kerjakan yang mampu dilakukan, semakin terbatas sumber dana, Anda patut semakin bijaksana . fahami, kapan harus meminimalkan kerugian .
“Di dunia kerja, yang disebut masalah sesungguhnya adalah kesempatan yang menunggu, dipungut.”
Henry J. Kaiser
”Bagi saya pribadi, krisis Asia telah
berakhir pada saat dimulainya persaingan untuk mendapatkan hotel Regent Bangkok pada bulan Maret 1999. Setelah masa- masa sulit selama dua tahun sebelumnya, mendadak saya memutuskan mengikuti lomba balap Ferari di Perancis serta bersaing di ring dengan Goldman Sachs Co., salah satu bank investasi terbesar
dunia.”
William E. Heinecke,
konglomerat Thailand
Pembaca, saat banyak konglomerat bangkrut dan bank-bank mengalami kegagalan di Thailand, tujuh hotel milik Heinecke, restoran siap saji dan perusahaan lainnya terus berusaha
keras keluar dari krisis serta berusaha mendulang keuntungan di tahun 1998. Meskipun banyak analis memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 1999 dan menguji Baht Thailand, tidak banyak perusahaan yang dapat menandingi kemampuan kerja
kelompok
bisnis Heinceke.
Fantastis, hotel Heinecke mengalami kenaikan 24%,
246 restoran grup bisnisnya
menarik lebih dari tak kurang dari lima juta pelanggan! Pada tahun 1997 kelompok perusahaan Heineke
mengalami kerugian 1 milyar baht , tetapi setahun kemudian tiga perusahaannya yang telah go public , mendapatkan keuntungan bersih 500 juta baht, pada triwulan pertama tahun 1999, keuntungannya lebih banyak lagi.
Belum yakin, kegagalan , hanyalah
tikungan tajam yang menuntut usaha ”kendaraan” , sedikit mengurangi kecepatan, lalu di depan, begitu melihat ”peluang jalan mulus”, Anda bisa menebusnya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bisnis Heinecke di Thailand, saat ini benar-benar telah pulih.
Regent Bangkok, salah satu hotel terbesar di Asia, tingkat huniannya tetap tinggi. Saat itu, Regent berada di bawah kendali beberapa
perusahaan yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan manajerial seperti halnya perusahaan-perusahaan lain di Thailand sehingga mereka berusaha untuk menjual saham Regent. Regent dimiliki oleh
Rajadamri Hotel Company yang kemudian 32% sahamnya dimiliki oleh sebuah perusahaan Jepang yang telah bangkrut yang diwakili
oleh sebuah bank Jepang yang cukup besar.
Masih ada lagi faktor lain yang lebih penting.
Rajadamri Hotel Company juga memiliki 26% saham hotel bintang
lima milik Heinecke,
di Thailand Utara, Regent Chiang Mai. Heineke enggan menjualnya pada orang asing karena ia tak ingin ada orang asing menguasai tanah keramat itu. Bagi Heinecke, ikut ambil bagian dalam kepemilikan saham Regent Bangkok yang dijual pada awal tahun 1999 merupakan
tindakan yang tepat, setelah sebelumnya ia sudah memiliki saham Regent hampir 29%.
Apa kata Heineke tentang pelintasan bisnisnya yang penuh tikungan
di masa krisis ini?
“Ini adalah persaingan dimana saya harus mengeluarkan segala strategi dan kemampuan yang telah saya pelajari :memperhatikan intuisi, menggunakan jaringan kerja kontrak
yang mapan, menggunakan sejumlah pakar dan merencanakan strategi-strategi dalam situasi yang selalu berubah cepat jika diperhatikan, persaingan ini merupakan mikrokosmos semua strategi . Saya berusaha menguji
kemampuan saya dengan lawan-lawan yang benar tangguh.
Goldman Sachs, salah satu grup investasi terkuat
di dunia ini, merupakan pemegang saham individu terbesar Regent Bangkok, tapi itu tidak berarti bahwa mereka bisa sesuka hatinya. Saya kira bagi seorang yang tidak lulus perguruan
tinggi, hasil seperti
ini sudah cukup memuaskan”.
Saat gagal menimpa, kendati lelah dan kecewa berat, jangan matikan
energi kreatif Anda. Tetaplah berpikir
kreatif. Sempurnakan produk yang ada, atau hasilkan
produk baru atau usaha baru yang mungkin
belum terpikirkan.
Jangan terpaku
pada karier dan keterampilan yang dimiliki, yang terlalu lama bersandar pada lingkungan di mana kita dibesarkan atau selama ini bergulat. Kadang kala ketika seseorang gagal setelah berusaha dengan tabah dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk sekian lama, mungkin tiba saatnya ia meninjau kembali bidang yang digeluti dan menilai apakah ia mampu mendapatkan apa yang dinginkannya di bidang tersebut .
Banyak cara untuk mencapai tujuan hidup. Sebagian lebih cepat atau lebih lambat daripada yang lain. Sebagian kurang berisiko
tetapi lebih lambat
dari yang lain.
Saran kami, janganlah terlalu kaku mengatakan bahwa Anda tidak bisa berubah.
Kami sendiri, kerap berubah seiring dengan perkembangan di tempat dan kondisi stimulasi di sekitar
kami. Tanpa itu, bagaimana mungkin
kami menyusun sebuah buku, memberi pencerahan bagi banyak orang?
Kadang kala dalam kehidupan kita terpaksa menekuni
bidang usaha yang berlainan dan kita harus menyesuaikan segala keterampilan dan bakat yang tidak kita peroleh dari bidang bidang usaha di masa lalu. Lalu? Salurkan kekuatan itu di bidang usaha yang baru. Mungkin, kita dituntut mempelajari skill baru , sebagai konsekuensi menghadapi tantangan serba baru itu.
pernahkah Anda bertanya bagaimana orang Jepang bangkit kembali
dari kehancuran PD II untuk menjadi pengusaha
ekonomi yang unggul saat ini? Dulu, produk
Jepang sempat dinilai murahan
, tidak berkualitas, dan stigma jelek lainnya. Tapi sekarang, sulit bagi kita untuk
hidup tanpa barang-barang buatan Jepang di dalam rumah kita. Ini tidak hanya berlaku
di Negara kita saja, tetapi bahkan di seluruh dunia.
Orang-orang Jepang tidak menciptakan mobil. Tidak juga kamera,
kulkas, televisi, AC, mesin cuci, penghisap debu, film atau sistem perangkat audio berkualitas tinggi. Mereka tidak menciptakan banyak benda. Padahal
yang mereka lakukan ”hanyalah” meniru .
Hakikat :peniruan ala Jepang”, sarat pesan penting bagi calon entrepeneur. Di sana ada proses penyempumaan tanpa kenal lelah, sampai akhirnya ”tiruannya” lebih baik dari aslinya! Mereka menggunakan ”kreativitas” untuk menyempumakan barang yang sudah ada. Tak ada yang membantah, Jepang meraih suksesnya. Kulturkewirausahaan tumbuh subur di sana, menguasai dunia .
Jika Anda menyadari bahwa Anda tidak berhasil mencapai tujuan Anda pada suatu pekerjaan di mana Anda telah menaruh perhatian untuk melakukannya, latihlah atau lengkapi diri Anda dengan pekerjaan yang memberi peluang meraih yang lebih baik di masa depan. Janganlah menggantungkan diri Anda pada satu keterampilan saja. Sebagai manusia,
Tuhan memberi kita kemampuan untuk mempelajari keterampilan baru dan menerjuni bidang usaha lain. Jangan ”hidup-mati” Anda gantungkan pada satu bidang saja. Orang lain bisa sukses. Anda tentu juga bisa. hanya saja, ada yang lekas tercapai, ada yang masih berliku.
”Jangan malu karena gagal, …seperti
Christopher Colombus.” ”Ketahuilah apa yang akan Anda lakukan,
lakukanlah dan jangan menunda kembali.
Jika Anda membuat kesalahan, buatlah kesalahan yang hebat. Seperti orang yang sampai di perempatan jalan dan bertanya, "Arah mana yang perlu saya tuju, arah sana atau sini?" Pergi saja! Pilih satu arah dan pergilah. Tidak yakin masa itu pasti ada. Segala
sesuatu punya waktu dan tempat
yang wajar.”
Gum Rut
Tengok kiri-kanan Anda. Produk Cina, langganan negeri ini. Bayangkan, seperti apa sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang? Akankah ini kita terima sebagai ”keharusan ekonomi”? Tidakkah Anda mulai memikirkan hal yang sebaliknya? Anda bisa!
0 Comment