Literatur

Rabu, 04 Januari 2023



STRUKTUR DAN FUNGSI HADIS 

Struktur Hadis

sebuah.        Sanad

Kata sanad  atau as- sanad   berasal dari kata  sanada, yusnadu  sanadan secara bahasa  berarti  mu'tamad (sandaran, tempat bersandar, tempat bersandar, yang dipercaya, yang sah). Dikatakan demikian karena Hadis itu bersandar dan memegangi   atas kebenarannya [1]

Menurut istilah   yaitu

سِلْسِلَةُ الّرِجَالِ اَلمُْوْصِلَةُ لِلْمَتَنِ

Silsilah beberapa orang (yang meriwayarkan hadis), yang menghubungkannya  dengan matan. [2]

Silsilah beberapa orang aksudnya ialah susunan   atau rangkaian beberapa orang   yang menyapaikan   materi hadis tersebut, karena dari yang disebut partama sampai kepada Rasul saw. Dengan pengrtian di atas, maka sebutan sanad   hanya berlaku untuk rangkaian beberapa orang, bukan dilihat dari sudut pribadi pribadi.   Untuk sebutan pribadi pribadi   disebut rawi. [3]

Al-Badru bin Jama'ah dan a¯-° ibby mengatakan bahwa sanad ialah;

اَلْإ خْبَارُ عَنْ طَرِيْقِ الْمَتْنِ

“berita tentang jalan matan” [4]

yang lain mengatakan 

 طَرِيْقُ الْمَتْنِ او سِلْسِلَةُ الّرُوَاةِ   الَّذِيْنَ نُقَلُوْا اَلمْتَْنَ عَانْ مَصْدَرِهِ اَّْلَ عَانْ مَصْدَرِهِ اَّْلَ عَانْ مَصْدَرِهِ اَْْلَ عَانْ مَصْدَرِهِ اَْْلَ

Jalan matan Hadis   yaitu Silsilah para rawi   Hadis   yang menukilkan matan   dari sumber yang pertama” [5]

      Ahli hadis mengatakan          

طَرِيْقُ المْتَْنِ الحَدِيْث

  jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis”.

Disamping kata sanad. Ada kata lain yang berkaitan dengannya, yaitu isnad, musnid dan musnad . Kata-kata ini secara terminologi mempunyai arti yang cukup luas sebagaimana pendapat para ulama.  

Kata isnad berarti menyandarkan, mengasalkan   (mengembalikan ke asal), dan mengangkat.   Yaitu;

رَفْعُ الحَدِيْثِ اِلَى قَائِلِهِ

Menyandarkan   Hadis kepada yang mengatakannya [6]

 

b.        Matan

Kata matan   atau al-matn menurut bahasa berarti ma   irtafa minal ardhi (tanah yang meninggi) ma   shalaba (timbul), bentuk jamaknya ialah متون atau lainnya. sedangkan menurut istilah adalah:

ما يَنْتَهِىْ اِلَيْهِ السَّنَدُ مِنَ الْكَلَامِ

“suatu kalimat tempat berakhirnya sanad” [7]

atau kata lain.

اَلْفَاظُ الْحَدِيْثِ اَلَّتِى تَتَقُوْمُ بِهَا مَعَانِيْهِ

 “lafa§-lafa§ hadis   yang didalamnya mengandung makna tertentu” [8] .

Menurut al Badru bin Jama'ah ialah

مَا يَنْتَهِى اِلَيْهِ الَّسنَدُ (غَايَةُ الَّسنَدُ)

Sesuatu yang berakhir sanad (perkataan berakhir sanad) yang disebut sesuatu kepadanya. [9]

 

Ada juga redaksi yang lebih ringkas, singkat yang menyebutkan bahwa   matan ialah ujung sanad ( ghayah as- sanad ) dari semua kata tersebut, menunjukkan bahwa   yang dimaksud dengan matan ialah materi atau lafa § hadis itu sendiri.

c.         Rawi

Kata rawi atau ar-rawi  berarti orang yang meriwayatkan atau   menutupi hadis ( naqil al- hadits ) [10]

Sebenarnya antara sanad dan rawi merupakan suatu   hal yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadis pada tiap tabaqahnya juga di sebut rawi , jika yang dimaksud adalah orang yang meriwayatkan   dan memindahkan   hadis   akan tetapi yang membedakan   antara sanad dan rawi hanyalah terletak pada pembukuan atau pentadwinan   hadis, yang menerima   hadis kemudian   menghimpun dalam sebuah kitab tadwin disebut dengan perawi . Karena itu, maka perawi dapat juga disebut Mudawwin ( orang yang menghimpun dan membukukan hadis).     

Hadis Sebagai   Sumber Ajaran Agama

1.        Dalil   Kehujjahan   Hadis

Hampir seluruh umat Islam telah memasang al-Hadis sebagai salah satu undang-undang yang wajib   dita'ati baik sebagai nash Alqur'an, petunjuk akal maupun ijma' as- sahabat.     

sebuah.         Menurut Petunjuk Nash Alqur'an

Alqur'an telah mewajibkan itiba' dan menta'ati hukum–hukum dan peraturan-peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam bebarapa ayat antara lain sebagai berikut.     

! $ ¨B _ kamu ! _ $ s ù r & ª ! $ # 4 ' n ? t ã ¾ Ï & Î ! q ß kamu ' ô ` Ï B È @ ÷ d r & 3 t à ) ø 9 $ # ¬ T s ù É A q ß § = Ï 9 u r Ï % Î ! kamu r 4 ' n 1 ö à ) ø 9 $ # 4 ' y J » t G u Š ø 9 $ # u r È û ü Å 3 » | ¡ y J ø 9 $ # u r È û ø ó $ # u r È @ Î 6 ¡ ¡ 9 $ # ö 1 _ _ Ÿ w t b q ä 3 t ƒ P ' s ! r ß Š t û ÷ ü t / Ï ä ! $ u Š Ï Y ø î F { $ # ö N ä 3 Z Ï B 4 ! $ t B u r ã 3 9 s ? _ # kamu ä ã A q ß § 9 $ # ç n r ä ã s ù $ t B u r ö 3 9 p k t X _ ç m ÷ Y t ã ( # q ß g t F R $ $ s ù 4 ( # q à ) ¨ ? $ # kamu r © ! $ # ( ¨ b Î ) © ! $ # ß ƒ Ï x © É > $ s ) Ï è ø 9 $ # Ç Ð È  

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kerabat kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

dan

! $ t B u r $ u Z ù = y ö ' r & ` ÏB _ @ A q ß § ' ž w Î ) $ ã Ï 9 _ _  c ø Œ Î * Î / « ! $ # 4 ö q s 9 u r ö N ß g ¯ R r & Œ Î ) ( # þ q ß J n = ¤ ß ö N ß g | ¡ à ÿ R r & x 8 râä ! _ _ $ y _ ( # _ x ÿ ø ó t G ó $ $ s ù © ! $ # t x ÿ ø ó t G ó $ # u r Þ O ß g s 9 ã A q ß § 9 $ # ( # r ß y ` u q s 9 © ! $ # $ \ / # § q s ? $ V J Š Ï m § ' Ç Ï Í È  

 dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sungguh Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka menemukan Allah Maha Penerima taubat lagi Mahayang. (Q.An Nisa'.64)

 

$ t B u r t b % x . 9 ` Ï B ÷ s ß J Ï 9 Ÿ w u r > p u Z Ï B ÷ s ã B # s Œ Î ) Ó | Ó s % ª ! $ # ÿ ¼ ã & è ! q ß u ' u r # · ø B r & b r & t b q ä 3 t ƒ ã g s 9 _ ä o u Ž z Ï ƒ ø : $ # ô ` Ï B ö d Ì _ ø B r & 3 ` t B u r Ä È ÷ è t ƒ © ! $ # ¼ ã & s ! q ß u ' u r ô s ) s ù ¨ @ | Ê P x » n = | Ê $ YZ _ Î 7 B Ç Ì Ï È  

dan tidak patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.(Q. Al Ahzab.36).

           

b.         Menurut Petunjuk Akal.

Nabi Muhammad   saw.   adalah Rasul yang telah diakui   dan dibenarkan   umat Islam. Di dalam melaksanakan   tugas agama yaitu menyampaikan   hukum-hukum   syari'at kepada umat, kadang beliau membawa   peraturan-peraturan yang isi dan redaksi peraturan tersebut telah diterima dari Allah Swt., dan kadang beliau   membawa peraturan tersebut atas ijtihad beliau dengan bimbingan ilham (wahyu) dari Allah.   Dan ijtihad   yang tiada dibaringi oleh   wahyu   atau oleh bimbingan ilham terus berlaku sehingga ada wahyu yang membatalkan (menasakhkan). Sudah layak kalau peraturan-peraturan tersebut kita jadikan sebagai sumber hukum positif. Kepercayaan yang telah kami berikan  kepada beliau  sebagai utusan   Allah   mewajibkan kepada kita   untuk menta'ati segala peraturan   yang dibawanya.

c.         Menurut Ijma as-Sahabah.

 Para sahabat telah mengajukan   pemasangan wajibul ittiba ' terhadap Hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah wafat. Pada saat masih hidup Rasulullah, para sahabat sama konsekwen   melaksanakan hukum-hukum   Islam, mematuhi   peraturan-peraturan   dan meninggalkan larangannya. Sepeninggalan Rasulullah para sahabat   bila tidak menjumpai peraturan (ketentuan) dalam Alqur'an   tetang sesuatu masalah, mereka sama-sama menanyakan bagaimana   ketentuannya dalam Hadis. Abu Bakar sendiri   kalau tidak ingat   akan sesuatu   ketentuan   dalam Hadis Nabi, menanyakan kepada siapa yang masih ingat.   Umar dan para sahabat lainnya pun  meniru tindakan Abu Bakar tersebut. Tindakan al-Khulafa' ar-Rasyidun, tidak seorang pun   dari sahabat dan tabi'in   yang mengingkarinya, karena hal demikian merupakan ijma'.

2.        Fungsi Hadis terhadap Alqur'an

Al Qur'an sebagai sumber pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum   dan global oleh karena kehadiran Hadis sebagai sumber kedua berfungsi sebagai berikut:

sebuah.    Hadis   berfungsi sebagai penguat hukum   yang sudah ada dalam Alqur'an ( bayan taqrir ). Dengan demikian hukum tersebut   mempunyai dua sumber dan penguat   dalil   yang datang dari Rasulullah   saw. Berdasarkan hukum tersebut   banyak kita   dapati perintah dan larangan, seperti   adanya perintah shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan   melaksanakan haji ke Baitullah,   disamping itu dilarang   mempersekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua dan berbagai larangngan lainnya.  

b.    Hadis berfungsi sebagai penafsir dan pemerinci ( bayan tafsir ) hal-hal yang disebut secara muijmal dalam Alqur'an atau memberi taqyid   atau memberi takhsish   dari ayat-ayat Alqur'an   yang mutlaq dan 'aam. Karena tafsir, taqyid dan takhshish yang berasal dari as - sunnah ( al - Hadis ) itu memberikan penjelasan kepada   makna yang dimaksud didalam al Qu'an.

Dalam hal ini Allah telah memberi wewenang kepada Rasulullah saw. untuk memberi penjelasan terhadap nash-nash Alqur'an dengan firmannya sebagai berikut:

Ÿ @ Š Ï % $ o l m ; ' Í ? ä z ÷ Š $ # y y ÷ Ž ¢ Ç 9 $ # ( $ £ J n = s ù ç m ø ? r & kamu ' ç m ÷ G t 6 Å ¡ y m Z p ¤ f ä 9 ô M x ÿ t ± x . kamu r ` _ $ y g ø Š s % $ y 4 t A $ s % ¼ ç m ¯ R Î ) Ó y ÷ Ž | SEBUAH × Š § y J B ` Ï i B t ƒ Í ' # u q s % 3 ô M s 9 $ s % Å _ U u ' ' Î o T Î ) à M ô J n = s ß Ó Å ¤ ø ÿ t R à M ô J n = ó r & u r y t B _ z ` » y J ø Š n = ß ¬ ! É b > kamu ' t û ü Ï J n = » y è ø 9 $ # Ç Í Í È  

berkata kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka saat Dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca”. berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah melakukan zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta al am" 

“Dan kami turunkan kepadamu Alqur'an   agar kamu menerangkan kepada manusia   apa yang telah diturunkan kepada mereka   supaya mereka memikirkannya” (Q.An Nahl:44)

Diantara contoh as-Sunnah men takhsish Alqur'an

Þ O ä 3 Š Ï ¹ q ã ƒ ª ! $ # þ ' Î û ö N à 2 Ï » s 9 ÷ r r & ( SAYA x . © % # Ï 9 ã @ ÷ V Ï B Å e á y m È û ÷ ü u s V R W { $ # ... 4 Ç Ê Ê È  

 “Allah berwasiat kepadamu tenteng anak-anakmu bagi laki-laki   bagiannya dengan dua akan perempuan (Q.An Nisa':11)

Ayat ini di takhsish  oleh Hadis.

-          Para Nabi tidak   mewariskan apa-apa untuk anak-anaknya   dan apa yang    mereka tinggalkan adalah sedekah.

-          Tidak boleh orang tua muslim mewariskan kepada anaknya yang kafir begitu juga sebaliknya.

-          Pembunuhan tidak mewariskan apa-apa.(HRTurmuzi, Ibnu Majah)

  Hadis men- taqyid- kan kemutlakan Alqur'an.

ä - Í ' $ ¡ ¡ 9 $ # u r è p s % Í ' $ ¡ ¡ 9 $ # u r ( # þ q ã è s Ü ø % $ $ s ù $ y J ß g t ƒ Ï ÷ ƒ r & ! _ # t y _ $ y / _ $ t 7 | ¡ x . W x » s 3 t R z ` Ï i B « ! $ # 3 ª ! $ # kamu r î ƒ Í t ã Ò O Š Å 3 y m Ç Ì Ñ È  

“ Pencuri laki-laki dan pencuri perempuan, hendaklah di potong kedua tangannya (Q. al Maidah: 38)

   Ayat ini   tidak menjelaskan sampai dimana   batas tangan yang akan dipotong .maka dari as-Sunnahlah dapat diketahui penjelasannya, yakni sampai pakaian tangan . [11]

   Hadis   sebagai bayan dari mujmal Alqur'an

-          penjelasan tentang tata cara   shalat Nabi

أَخْبَرَنَا أَبُو زَكَرِيَّا بْنُ أَبِى إِسْحَاقَ الْمُزَكِّى حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ سُلَيْمَانُ الْمَرَادِىُّ أَخْبَرَنَا الشَّافِعِىُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِىُّ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِى قِلاَبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو سُلَيْمَانَ : مَالِكُ بْنُ الْحُوَيْرِثِ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم -: «صَلُّوا كَمَا رَأَيْrameُونِى أُصَلِّى ،َإِذَا حَضَرنِ الصَّamah رَوَاهُ الْبُخَارِىُّ فِى الصَّحِيحِ عَنْ مُحَمَّدِ بْ نِ الْمُثَنَّى عَنْ عَبْدِ الْوَهَّابِ.

“Salatlah kamu sebgaimana kamu melihat aku shalat” (HR Bukhari)

-          penjelasan tentang tata cara pelaksanaan haji

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِى أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِراً يَقُولُ رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَرْمِى عَلَى رَاحِلَتِهِ يَوْمَ النَّحْرِ يَقُولُ لَنَا « خُذُوا عَنِّى مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ أَدْرِى لَعَلِّى أَنْ لاَ أَحُجَّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ ».(رواه احمد)

-           Amblikah dariku tata cara pelaksanaan manasik   haji kamu.

Dan masih banyak lagi ayat–ayat yang perlu penjelasan   dari Hadis karena masih mujmal.

c.    Hadis berfungsi sebagai penetapan   dan pembuatan hukum   yang terdapat dalam Alqur'an ( bayan tasyri' ). Di antara hukum itu   ialah tetang haramnya tarik negeri, binatang buas yang mempunyai taring, burung yang mempunyai kuku yang tajam, juga tentang haramnya menmggunakan kain sutera   dan emas   bagi kaum laki-laki. Semua ini   disebutkan dalam Hadis yang sahih.

Dengan demikian tidak mungkin terjadi kontrediksi antara Alqur'an dengan Hadis.

Imam as-Syafi'i   berkata, apa-apa yang telah   disunnahkan Rasulullah saw. Yang tidak terdapat dalam kitabullah, juga ini merupakan hukum Allah juga, sebagaimana Allah   menggambarkan   kepada kita sebagai berikut.

y 7 Ï 9 º x x . û Ó Ç r q ã ƒ y 7 ø s 9 Î ) ' n < Î ) kamu r t û ï Ï % © ! $ # ` ÏB _ y 7 Î = ö 7 s % ª ! $ # â ƒ Í y è ø 9 $ # Þ O Š Å 3 p t ø : $ # Ç Ì È  

Demikianlah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu dan kepada orang-orang sebelum kamu .

“ … dan sesungguhnya kamu   benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus   (yaitu ) jalan Allah yang kepunyaannya segala apa yang ada di bumi dan di langit, ingatlah bahwa kepada Allahlah kembali semua urusan (Q. Asy.Syura:3).

   Rasulullah saw. telah menerangkan yang terdapat dalam kitabullah, dan beliau menerangkan   atau menetapkan pula hukum yang tidak terdapat dalam kitabullah. Dan segala yang beliau tetapkan   pasti Allah swt. wajibkan   untuk mengikutinya, Allah swt. menjelaskan barang siapa yang mengikutinya berarti taat kepadanya, dan barangsiapa yang tidak mengukutinya berarti dia telah melakukan maksiat padanya. Karena itu tidak mungkin makhluk pun   melakukannya. Dan Allah tidak memberi kelonggaran   kepada siapa pun   untuk tidak mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah saw.(ar Risalah hlm. 88-89).

   Ibnu Qayyim berkata, “Kalau hukum tambahan selain yang terdapat dalam Alqur'an, maka hal itu merupakan tasyri'   dari nabi saw. Yang wajib bagi kita untuk mentaatinya, da tidak boleh bagi kita untuk mengingkarinya. Tasyri' yang demikian itu bukanlah   penyembunyian   kitabullah bahkan hal itu   sebagai perwujudan pelaksanaan perintah Allah   supaya kita   mentaati Rasul-Nya. Seandainya Rasulullah saw., tidak kita taati maka ketaatan kita kepada Allah   tidak mempunyai arti yang sama sekali, karena itu kita wajib ta'at terhadap apa-apa yang tetapkan sebagai hukum yang tidak terdapat dalam Alqur'an.

` ¨B _ Æ ì Ï Ü ã ƒ t A q ß § 9 $ # ô s ) s ù t í $ s Û r & © ! $ # ( ` t B u r 4 ' ¯ < u q s ? ! $ y J s ù y 7 » o Y ù = y ö ' r & ö N Î g ø Š n = t æ $ Z à Š Ï ÿ y m Ç Ñ É È  

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang telah mengorbankan (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (Q.. An-Nisa': 80)

   Jadi ringkasnya hubungan Hadis dengan Alqur'an sebagai berikut:

1.    Terkadang Hadis berfungsi sebagai penguat hukum apa yang sudah ada dalam Alqur'an (bayan taqrir)

2.    Terkadang Hadis berfungsi sebgai penafsir dan pemerinci   hal-hal yang secara mujmal disebut dalam   Alqur'an ( bayan tafsir )

3.    terkadang Hadis berfungsi untuk membangun dan membentuk hukum   yang belum terdapat dalam Alqur'an ( bayan tasyri' ).

Sebagai mana yang telah disebutkan oleh Mustafa as-Siba'I fungsi Hadis terhadap Alqur'an adalah sebagai berikut:

1.    Berfungsi penguat apa yang dinyatakan dalam   Alqur'an

2.    Sebagai penjelas, merinci dari ayat–ayat Alqur'an

3.    Sebagai penetapan hukum yang tidak ada dalam Alqur'an



[1] Mahmud At-Thahhan,Taisir Mustalah al-Hadis, (Beirut: Dar Al Qur'an Karim,1979), h. 15

[2] Ibid.

[3] Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998) cet. Ke-3, h. 91

[4] As-Suyuti, Tadribur Rawi,jil.I, h. 41

[5] Muhammad Ajjaj al-Khatib,Usul al-Hadis…, h. 32.

[6] Muhammad Jamal ad-Din al-Qasimi,Qawaid Tahdis min Funun Mustalah al-Hadis,(Beiru: Dar al-Kutubal Taimiyah, 1997), h. 202. Muhammad Ajjaj al-Khatib,Usul al-Hadis..,h33

[7] Muhammad Jamal ad Din al Qasimi,Qawaid Tahdis.., h. 102,

[8] Muhammad Ajjaj al-Khatib. Usul al Hadis…,h. 33

[9] TMHasbi Ash Siddieqy. Sejarah Pengantar…, h. 45

[10] Muhammad Ajjaj al-Khatib. Usul al Hadis..., h.8  

[11] Muhammad bin Ismail al-Kahlani,Subul as-Salam,,Juz IV, (Bandung : At-Tab'u wa an-Nasr, Dahlan, tt), h. 27 

0 Comment