Literatur

Senin, 09 Januari 2023

 


Menumbuhkan Minat Wirausaha

Ada anggapan kewirausahaan bahwa itu bakat dari lahir dan karenanya tidak dapat diajarkan. Benarkah demikian? Ternyata tidak demikian. Anggapan tersebut di atas tidak benar, sebab pengertian kewirausahaan bukan berpijak pada bakat sejak lahir, melainkan berkaitan erat dengan tindakan atau tindakan. Jadi tindakan atau aksi itulah yang menentukan seseorang sukses menjadi wirausahawan atau tidak.

Sebelum istilah wirausaha sepopuler seperti sekarang ini, dulu kita sering mendengar istilah wiraswasta. Kata "wiraswasta" berasal dari Wira yang berarti utama, gagah, berani, luhur, teladan atau pejuang. Swa berarti sendiri dan Sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta (pengusaha) berarti pejuang yang utama, gagah, berbudi luhur, berani dan layak menjadi teladan dalam bidang usaha dengan landasan berdiri diatas kaki sendiri.

Definisi kewirausahaan memang banyak dibuat oleh para ahli, tetapi mereka melihat dari perspektifnya masing-masing. Agar penegertian kewirausahaan dapat diterapkan sesuai dengan lingkungan negara kita, maka telah disepakati definisi sebagai berikut ini.

Kewirausahaan adalah kesatuan kesatuan dari semangat , nilai-nilai, dan prinsip serta sikap, kuat, seni, dan tindakan nyata yang sangat perlu, tepat dan unggul dalam menangani dan mengembangkan perusahaan atau kegiatan lain yang mengarah pada pelayanan terbaik kepada langganan dan piahak -pihak lain yang menjadi perhatian termasuk masyarakat, bangsa dan negara.

Jika kita akan memulai bisnis baru, tentu kita harus bisa menjawab empat pertanyaan ini. Pertama, produk atau layanan apakah yang akan kita buat, dan itu untuk siapa? Kedua , mengapa harus usaha itu? Mengapa calon customer harus membeli dari kita? Apa yang akan kami berikan jika ternyata produk itu belum ada? Bagaimana kompetisinya? Apa keuntungan yang akan kita peroleh dari kompetisi itu? Ketiga, apakah kita mempunyai sumbernya? Apakah kita akan menerima pesanan? Apakah pesanan itu datang segera? Keempat, siapa pasar kita? Lantas dari mana ide untuk memulai bisnis baru itu berasal?

Menurut suatu penelitian, sebagian besar pengusaha dapat memperoleh ide dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di industri yang sama. Namun hal itu menunjukkan bahwa pengusaha seperti itu hanya berani memulai bisnis baru karena hanya melihat sisi terangnya saja. Menurut Purdi E Chandra, jika kita memang benar-benar ingin memulai bisnis baru, sebenarnya peluang pasarlah yang lebih kita jadikan pijakan .

Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat. Padahal wirausaha merupakan penunjang pembangunan nasional, karena memiliki manfaat diantaranya :

1.    Menahan daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi respon.

2.  Sebagai pembangkit listrik lingkungan, bidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan, dan sebagainya.

3.  Menjadi teladan bagi anggota masyarakat lain, sebagaipribadi unggul yang patut dicontoh, diteladani, karenaseorangwirausahaitu orang terpuji, jujur, berani, hidup tidak merugikan orang lain.

4.  Selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku, berusaha selalu memperjuangkan lingkungan.

5.  Berusaha memberikan bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya.

6.    Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, dalam tekun menghadapi pekerjaan.

7.    Memberi contoh bagaimana kita harus bekerja keras, tetapi bukan merupakan perintah agama, dekatkan kepada Allah Swt.

8.    Hidup secara efesien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.

9.  Memelihara keserasian lingkungan, baik dalam pergaulan maupun kebersihan lingkungan. (Alma, 2000 : 1-2)

Melihat banyaknya manfaat wirausaha , maka ada dua darmabakti wirausaha terhadap pembangunan bangsa , yaitu :

1.    Sebagai pengusaha : Memberikan darmabaktinya melancarkan proses produksi , distribusi, dan konsumsi. Wirausaha mengatasi kesulitan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.    Sebagai pejuang bangsa dalam bidang ekonomi : meningkatkan ketahanan nasional, mengurangi ketergantungan pada bangsa asing.

psikologis yang membentuk sikap negatif masyarakat sehingga mereka kurang berminat terhadap profesi kewirausahaan diantaranya bahwa faktor profesi kewirausahaan adalah profesi yang bersaing , egois, tidak jujur, kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya. Mereka berucap “Untuk apa sekolah tinggi,   jika hanya mau jadi pedagang” , landasan filosofis inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia tidak termotivasi terjun ke dunia bisnis.

Rakyat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam lupa, tidak banyak mengetahui tentang pekerjaan di bidang bisnis. Pernah Rasulullah Saw., ditanya oleh para sahabat, “Pekerjaan apa yang paling baik ya Rasulullah? Rasulullah menjawab, “Seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”. (HR. Al-Bazzar). Jual beli yang bersih dalam hal ini bisa diartikan dengan bisnis atau berwirausaha.

Dalam hadits lain Rasulullah pernah berlibur : “Pedagang yang jujur ​​lagi terpercaya adalah bersama-sama para Nabi, orang shadiqiin, dan para syuhada”. (HR. Tirmidzi dan Hakim).

Firman Allah Swt., yang berkaitan dengan kewirausahaan adalah :

Artinya : “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut pada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki- Nya tanpa batas.” (QS.An-Nur : 37-38)

Kesimpulan dari ayat tersebut, orang yang berbisnis (wirausaha) dan dia tidak lupa shalat, zakat, selalu ingat dihari akhir maka Allah Swt. akan memberi balasan berupa rizki berlipat ganda terus menerus.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita berani memulai bisnis baru. Hal itu memang tidak mudah, karena membutuhkan analisa dan perencanaan yang serius . Namun, kita harus yakin bahwa ide memulai bisnis baru tidak terlalu sulit. Ide itu bisa berasal dari mana saja dalam berbagai cara. Begitu ide bisnis itu dikembangkan dengan jelas, maka bisnis baru itu pasti akan berkembang. Apalagi, setelah terlebih dahulu kami adakan evaluasi dengan teliti , baik itu berkaitan dengan pelanggan dan pesaingnya.

Mungkinkah kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka akan banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi masalah permodalan untuk kita bisa memulai bisnis. Hanya masalahnya, darimana uang itu berasal ? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang. Memang, kebanyakan kita selalu mengeluh ketiadaan modal uang sebagai alasan mengapa kita malas berwirausaha. Padahal, modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non fisik, yakni berupa motivasi dan keberanian memulai yang mengebu-gebu. Jika hal itu sudah bisa dipenuhi, maka mencari modal uang bukanlah persoalan yang tidak mungkin, meski secara pribadi kita tidak memiliki uang. Sementara kita telah mengetahui, bahwa peluang bisnis telah ada di langkah depan mata. Tentu saja,langkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk memulai bisnis. Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank dan di koperasi atau dari lembaga keuangan atau dari pihak lain. Namun, jika ternyata kita tidak memiliki uang tabungan, uang pesangon atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang di bank atau koperasi, saya kira kita juga tidak perlu risau. Karena ada cara untuk memulai bisnis, meski kami tidak memiliki uang tunai sekalipun. Contohnya, kita bisa menjadi perantara. Misalnya menjadi perantara jual beli rumah, jual beli motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat dari komisi penjualan atau cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.

Kita juga bisa membuat usaha dengan cara konsumen melakukan pembayaran di muka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis dimana konsumen yang menjadi sasaran bisnis kita itu mau membayar atau mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa pendidikan. Dimana, siswa diharuskan membayar dulu didepan sebelum proses pendidikan itu terjadi. Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang untuk kita, namun barang tersebut sebelumnya yang dipesan jadi , pihak konsumen sudah memberikan uang muka dulu. Artinya, itu sama saja kita sudah diberi modal oleh konsumen.

Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan supplier, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak hanya menjadi konsultan.Selain itu, bisa saja dengan cara kita mengambil dulu produk yang akan dijual, hanya untuk pembayarannya bisa kami lakukan setelah produk tersebut terjual pada konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk memulai bisnis tanpa uang tunai .

Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak perlu berkecil hati atau takut dipandang rendah, bila ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin, dengan kita memiliki kemauan yang besar untuk menjadi seorang wirausahawan, maka setidaknya akan selalu ada jalan untuk memulai bisnis. Nyatanya , tidak sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan saat memulai bisnisnya dulu tanpamemiliki uang tunai.

Itu menunjukkan bahwa tidak benar kalau ada yang mengatakan " Tak mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai ." Kuncinya sesungguhnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai bisnis yang menggebu-gebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses, apalagi tanpa uang tunai , tidak menutupinya seperti kita menopang telapak tangan.

Sebenarnya di sekitar kita ini banyak sekali macam bisnis yang bisa diraih. Hanya saja, kita harus betul-betul memahami kebutuhan masyarakat konsumen . Misalnya , di beberapa kota di Amerika Serikat, sudah banyak bisnis yang dikembangkan dari ide-ide sederhana seperti bisnis membangun orang tidur (morning call) . Aneh, tapi itu nyata. Barangkali sekarang ini belum banyak yang kita temukan. Namun, saya yakin jika kita kreatif, akan mampu membuka peluang melihat bisnis sebanyak-banyaknya dan mampu menangkap satu atau dua di antaranya. Pendek kata, peluang bisnis tidak akan pernah ada habisnya, selama minat manusia masih menjalankan hajat hidupnya di dunia ini.

Keterampilan tertentu juga bisa dijadikan peluang bisnis . Terampil dibidang elektronika misalnya, bisa membuka bisnis perbaikan dan pemeliharaan alat-alat elektronik. Ahli di bidang komputer bisa membuka software dan hardware bisnis. Terampil di mesin, bisa memulai bisnis dari servis motor atau mobil. Atau mungkin , punya kreativitas yang berciri khas dan unik, kita bisa merintis bisnis kreatif, seperti kerajinan tangan. Tingkat pendidikan kita juga bisa menjadi peluang bisnis dengan pengembangan profesi. Misal sarjana matematika membuka kursus matematika. Sarjana Sastra lnggris memulai usaha dengan membuka kursus bahasa lnggris. Peluang bisnis juga ada di lingkungan keluarga. Bisa dimulai dengan berbisnis makanan atau katering dan keluarga bisa diajak serta, dan bisnis ini bisa dikelola dari rumah.

Peluang itu juga terdapat di lingkungan pekerjaan, organisasi dan tetangga. Tentu saja, di lingkungan itu kita banyak teman. Maka, jika punya produk tertentu, bisa saja kita menjual produk tersebut kepada mereka. Bahkan relasi kita pun bisa juga menjadi peluang bisnis. Misalnya, bisa pinjam uang pada hubungan untuk modal usaha. Produk yang dihasilkan, selain bisa dijual pada orang lain, juga pada relasi kita itu. Jadi, kita tidak hanya jeli mencari peluang bisnis, tapi juga mampu menciptakan pasar.

Begitu pula, jika punya hobi. Misalnya lukisan, bisa jadi pelukis, dan lukisan itu bisa dijual di galeri. Apalagi, peluang bisnis itu juga bisa diraih saat kita melakukan perjalanan ke luar kota. Ide bisnis bisa muncul setelah kita melihat bisnis di kota lain, dan bisa dikembangkan di kota sendiri. Hanya saja, agar bisnis yang akan dijalankan tidak sia-sia, ada baiknya pastikan dulu pasarnya. Tapi, tentu saja, peluang bisnis itu hanya bisa diraih, jika kita jeli dan gigih. Ingat pepatah yang mengatakan: " Tidak ada usaha, tidak ada hasil". Oleh karena itu, sebaiknya jangan ragu dalam setiap meraih peluang bisnis yang ada di sekitar kita. Soal besar kecilnya peluang jangan jadi masalah. Tangkap dulu peluang yang ada. Dan, jangan khawatir, peluang bisnis berikutnya pasti akan mengikuti . Bisnis itu selalu mengalir, seperti bola salju, dimulai dari yang kecil lalu menggumpal menjadi besar.

Salah satu alternatif mendapatkan modal adalah mencari pinjaman ke bank. Sebetulnya, kredit mendapat dari bank tak serumit yang diperkirakan. Buktinya, banyak orang mendapatkannya. Prinsipnya, bank hanya akan memberikan kredit pada orang yang dipercaya. Oleh karena itu, hal yang perlu kita lakukan adalah meyakinkan pihak bank agar percaya pada kita.

Paradigma bahwa bisnis terkadang berakhir dengan kegagalan adalah sesuatu yang lumrah. Bukankah kita hidup sekarang saja selalu berhadapan pada dua pilihan? Ada hitam ada putih, ada kanan ada kiri, ada amal ada dosa, ada surga ada neraka, dan ada sukses tentu ada juga yang gagal. Jadi, sikap dalam diri kita bahwa dua hal ini selalu beriringan dan terkadang kita mendapatkan satu di antaranya adalah ''hal yang memang kita hadapi,'' sehingga nanti kita lebih tenang menghadapi dan dapat menerimanya dengan ikhlas..

Percaya diri juga dapat timbul kalau kita selalu menyisir hal yang positif. Satu lagi yang harus ditanamkan dalam hati adalah jika usaha atau bisnis yang sedang kita hadapi berakhir dengan kegagalan , maka yang gagal adalah bisnisnya, bukan kita! Kita sendiri tidak gagal karena kita dalam proses mencari sesuatu yang lebih baik.

Oleh karena itu mulai sekarang juga, mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri kita sendiri segeralah tanamkan keberanian untuk membangun masa depan kita demi anak-anak kita dengan berwirausaha. Saat ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi wirausaha yang cukup menjanjikan masa depan cerah. Diawali oleh anak- anak pejabat, para sarjana, dan masyarakat dari berbagai latar belakang profesi, sudah mulai berlomba-lomba terjun ke pekerjaan wirausaha. Masyarakatpun tidak lagi memandang negatif terhadap dunia pemilik. Anak-anak muda tidak lagi malu berdagang, bahkan para seniman pun banyak yang terjun ke dunia usaha di berbagai komoditas .

 

Hakikat Kewirausahaan

Meskipun sampai sekarang ini belum ada terminalogi yang tetap sama tentang kewirausahaan ( entrepreneurship ), akan tetapi pada umumnya memiliki hakikat yang hampir sama, yaitu merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh ( Peter F.Drucker ,

`1994). Menurut Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptkan sesuatu yang baru dan berbeda ( kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ). Bahkan, kewirausahaan secara sederhana sering juga diartikan sebagai prinsip atau kemampuan wirausaha (Ibnu Soedjono, `1993; meredith, `1996; Marzuki Usman, 1997).

Kewirausahaan berasal dari terjemahan entrepreneurship , yang dapat diartikan sebagai the backbone of economy' , yaitu pusat syaraf perekonomian atau sebagai tailbone of economy ”, yaitu penyelenggaraan perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:10). Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha ( star-up phase ) atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru (kreatif). dan sesuatu yang berbeda ( inovatif ). Menurut thomas w. Zimmerer ( 1996 :5`1), kewirausahaan adalah menggunakan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang yang dihadapi orang setiap hari”. Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996:51) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara- cara baru dalam memecahkan masalah dan menghadapi peluang ( kecakapan adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang ). Sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan ( inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif pada masalah dan peluang tersebut untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan masyarakat ). Menurut Theodore Levitt dari Harvard yang dikutip Zimmerer (1996:51), kreativitas adalah berpikir hal- hal baru (berpikir sesuatu yang baru), sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru (melakukan sesuatu yang baru). Keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru ( berpikir dan melakukan cara baru ). Menurut Zimmerer (1996:51), ide kreatif akan muncul apabila wirausaha melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda ( melihat sesuatu yang lama dan memikirkan sesuatu yang baru atau berbeda). ).

 

Dari pandangan para ahli di atas dapat diartikan bahwa kewirausahaan ( entrepreneurship ) adalah suatu kemampuan ( ability ) dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. Istilah entrepreneurship , sebenarnya berasal dari kata entrepreneur . Menurut Soeparman Soemahamidjaja (1977:2), istilah ini pertama kali digunakan oleh Cantilon dalam Essai sur la nature du commerce (1755), yaitu sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah- daerah dan kemudian menjualnya dengan harga yang tidak pasti. Dalam konteks manajemen, pengertian wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan sumber daya seperti keuangan ( uang ), bahan mentah ( material ), dan tenaga kerja ( tenaga kerja ), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, atau pengembangan organisasi usaha (Marzuki Usman, 1997:3). Entrenal yang mencakup kombinasi motivasi, visi, komunikasi, optimisme, dorongan semangat, dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Sri edi Swasono (1978:38), dalam konteks bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua penggusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung risiko, yang memiliki visi ke depan, dan memiliki keunggulan dalam berprestasi di bidang usaha.

Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan defenisi wirausaha sebagai berikut Seorang wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru dalam menghadapi risiko dan kesepakatan untuk tujuan mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan mengidentifikasi peluang dan menyusun sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut .

Menurut Dun steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan berani memikul risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Seseorang yang mengatur, mengelola, dan menanggung risiko bisnis atau usaha adalah seorang wirausaha . Pengusaha adalah individu yang mempertaruhkan keuangan, material, dan sumber daya manusia dengan cara baru untuk menciptakan konsep bisnis baru atau peluang dalam bentuk yang ada .

Beberapa konsep pengusahadi atas tekanan lebih pada kemampuan dan perilaku seseorang sebagai pengusaha. Bahkan Dun steinhoff dan John F. Burgess (1993:4), memandang kewirausahaan sebagai pengelola perusahaan kecil atau pelaksana perusahaan kecil. Menurutnya, pengusaha ” dianggap memiliki arti yang sama dengan pengelola-pemilik usaha kecil atau operator usaha kecil ”.

Beberapa konsep kewirausahaan seakan-akan identik dengan kemampuan para pengusaha dalam dunia usaha (bisnis). Padahal kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat baik sebagai karyawan swasta maupun pemerintah (Soeparman Soemahamidjaja, 1980). Wirausaha adalah mereka yang melakukan upaya upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang ( kesempatan ) dan perbaikan ( persiapan ) hidup (Prawirokusumo, 1997:5).

Rumusan entrepreneur yang berkembang sekarang ini sebenarnya banyak berasal dari konsep Schumpeter (1934). Menurut Schumpeter, entrepreneur merupakan pengusaha yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru dalam bidang teknik dan komersial ke dalam bentuk praktik. Inti dari fungsi pengusaha adalah pengenalan dan pelaksanaan kemungkinan-kemungkinan baru dalam bidang perekonomian. Kemungkinan-kemungkinan baru yang dimaksudkan oleh Schumper adalah :

(1)   memperkenalkan produk baru atau kualitas baru suatu barang yang belum dikenal oleh konsumen,

(2)  melakukan suatu metode produksi baru, dari suatu penemuan ilmiah baru dan cara-cara baru untuk menangani suatu produk agar menjadi lebih mendatangkan keuntungan, (3) membuka suatu pemasar baru, yaitu pasar yang belum pernah ada atau belum pernah dimasuki cabang industri yang bersangkutan, ( 4) pembukaan suatu sumber dasar baru, atau setengah jadi atau sumber-sumber yang harus dikembangkan,      (5) pelaksanaan organisasi baru. (Yuyun Wirasasmita, 1982 : 33-34).

Menurut Schumpeter (1934), fungsi pengusaha bukan pencipta atau penemu kombinasi-kombinasi baru ( kecuali jika kebetulan), tetapi lebih merupakan pelaksana dari kombinasi-kombinasi yang kreatif. Pengusaha tersebut biasanya memiliki sikap yang khusus seperti sikap pedagang, pemilik industri, dan bentuk usaha lain yang sejenis. Schumpeter mengemukakan dua tipe sikap dari dua subjek ekonomi, yaitu sikap pengusaha kecil biasa dan sikap pengusaha benar. Sikap pengusaha yang benar- benarlah yang kemudian berkembang lebih cepat.

Kewirausahaan (enterpreneurship) muncul apabila seseorang berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas, dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab itu, wirausaha adalah orang yang memperoleh peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk mengejar peluang itu (Bygrave, 1995 ) .

Menurut Meredith (`1996:9), kewirausahaan berarti memadukan watak pribadi, keuangan, dan sumber daya. Oleh karena itu, kewirausahaan merupakan suatu pekerjaan atau karier yang harus bersifat fleksibel dan imajinatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan (Meredith, 1996:9). Syarat berwirausaha harus memiliki untuk menemukan dan menganalisis peluang, mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut (1) pengembangan teknologi baru ( develo [ping teknologi baru), (2) penemuan pengetahuan baru (menemukan pengetahuan baru ), (3) perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (meningkatkan produk atau layanan yang ada) , (4) penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit ( finding cara yang berbeda untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa dengan sumber daya yang lebih sedikit ).

Meskipun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran pengusaha kecil, tetapi sifat ini dimiliki juga oleh bukan pengusaha. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang memiliki perilaku inovatif dan kreatif dan pada setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan, dan tantangan. Misalnya birokrat, mahasiswa, dosen, dan masyarakat lainnya.

Dari beberapa konsep yang dikemukakan di atas, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:

1.    Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994).

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ( ability to create the new and different) (Druker, 1959 ) .

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukakan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Zimmerer, 1996).

4.    Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha ( star-up phase ) dan perkembangan usaha ( venture growth ) (Soeharto Prawiro, 1997).

5.    Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru ( create ), dan sesutau yang berbeda ( innovative ) yang bermanfaat memberikan nilai lebih 

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber - sumber melalui cara - cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif ( menciptakan hal baru dan berbeda ) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko .

 

Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi adalah : “.... adalah dasar pengetahuan , kemampuan , pengalaman, dan persyaratan lain yang diperlukan untuk berhasil mereformasi pekerjaan . (Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang memiliki sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/kegiatan). (Hariss, 2000 :19)

Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/ kegiatan. Wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tetapi juga keterampilan Keterampilan Keterampilan tersebut di antaranya:

Keterampilan manajerial (Managerial Skill), keterampilan konseptual (Conceptual Skill), dan pengetahuan memahami , mengerti, berkomunikasi dan bereleasi (Human Skill), dan keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (Decision Making Skill), Keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (Time Management Skill ) ), dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik. (Suryana, 2003 : 4-5)

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu ( kepribadian ) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya. Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti ( care competence ) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang diciptakan melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khususnya agar memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam persaingan.

Pada bagan diatas tampak bahwa Intelectual Capital = Competence x Commitmen , artinya menskipun ia memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi apabila tidak disertai dengan komitmen yang tinggi , maka wirausaha tersebut tidak akan dapat menggunakan modal intelektualnya. Demikian pula, Kompetensi = Kapabilitas x Otoritas, artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan berwenang sendiri dalam pengelolaan upaya (kemandirian). Wirausaha selalu bebas menentukan keberhasilan, tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capability = Skill x Knowledge, artinya kapabilitas wirausaha sangat ditentukan oleh pengetahuan dan skill atau skill . Pengetahuan, keterampilan atau kecakapan yang dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu berupaya membentuk kepribadian wirausaha.

Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (Core Competency) adalah kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang terdipta melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Kemampuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti kewirausahaan untuk menciptakan daya saing khususnya agar memiliki posisi tawar menawar yang kuat dalam persaingan.

 Wirausaha Dalam Ajaran Islam

Seseorang yang mau terjun ke dunia usaha atau perdagangan tentu mereka memiliki beberapa motif. Ada yang berdagang untuk mencari keuntungan, hobi, dan ada yang dengan alasan beribadah kepada Allah Swt. Kebanyakan masyarakat kita berdagang selalu ingin mencari laba besar, berbeda dengan pedangang cina konsep dagang


mereka adalah hobi. Pagi, siang malam perhatian mereka tidak lepas dari hobi ini. Mereka berusaha membeli barang, membersihkan, menjual, menjaga kerapian, melayani dengan baik. Inilah salah satu karakter orang cina yang selalu berusaha agar tampil baik agar dipercaya oleh orang lain, dan ia pun selalu menguji tingkat kejujuran orang lain .

Sebenarnya yang lebih tinggi derajatnya adalah pedang muslim. Ia berdagang dalam rangka beribadah kepada Allah Swt., inilah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Serta ada yang berhasil untuk menenangkan pikiran dan menyehatkan badan. Perbuatan baik akan menenangkan otak, selanjutnya bila otak tenang akan membuat jasmani menjadi sehat. Diungkapkan bahwa fungsi otak yang utama bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengendalikan sistem kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan ternyata banyak tergantung pada frekuensi baik . Manusia adalah makhluk sosial, bergaul, bermuamalah, bekerjasama, tolong menolong dan kegiatan komunikasi dengan orang lain adalah sebuah aspek kerja otak yang paling utama. Dalam penelitian ternyata banyak orang terserang penyakit dan angka kematian dua setengah kali lebih tinggi terhadap orang yang suka menyendiri, tidak kawin, tidak bergaul.

berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja keras. Guna mencapai kesuksesan harus dimulai dengan kerja keras, setelah itu diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan , dan komunikasi yang cerdas .

Sebagai seorang muslim, kita dituntut agar tidak mementingkan kerja keras untuk dunia atau akhirat saja, tetapi harus kedua-duanya. Firman Allah SWT.

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu bahagianmu dari ( kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan kerusakan. (QS. Al-Qashas : 77)

Ajaran ini akan menggugah seorang muslim agar mau bekerja keras dalam segala bidang kehidupan, tidak hanya menyerah pada nasib . Sebelum nasib tiba, kita harus berusaha lebih dulu dengan penuh tawakal kepada Allah Swt. Allah tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha dan tidan mau mengubah nasibnya sendiri. Jadi intinya adalah inisiatif , motivasi, kreatif, dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas guna perbaikan kehidupan.

Ada tiga variabel utama dalam perdagangan Islam yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya yaitu Riba, Perdagangan, dan Zakat. Berikut bagan perdagangan menurut Islam  

Rupanya para ulama telah bersepakat mengenai mulianya pekerjaan dalam bidang perdagangan, yang berkembang sejak zaman dulu sampai sekarang yang semakin luas dan canggih.

 

Menurut Imam Al-Ghazali ada enam sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu :

1.    Tidak mengambil laba lebih banyak.

2.    Membayar harga lebih mahal kepada orang miskin.

3.    Memurahkan harga kepada orang miskin.

4.    Mempercepat  pembayaran utang  dari  waktu yang ditentukan.

5.    Membatalkan  jual-beli  jika  pihak pembeli membatalkannya.    

6.    Jika menagih cicilan kepada orang miskin yang tidak mampu atau meninggl maka, dibebaskan. (Alma, 2000:202-203)

Dalam kegiatan bisnis, orang tidak bisa terlepas dari kegitan utang piutang. Dalam bisnis orang biasa membeli barang dengan cara kredit, atau dibayar dengan surat berharga, cek, giro bilyet mundur, yang dapat dibayar satu, dua, atau tiga bulan lebih, tergantung kesepakatan antara penjual dan pembeli. Bagi individu berhutang karena beberapa sebab, diantaranya : Memang sangat diperlukan, keperluan mendadak, keinginan menikmati hidup yang melebihi batas, dan karena pola hidup yang salah. Dalam Al-Qur'an kita tidak dilarang berutang , bahkan disuruh membuat utang yang baik dengan menggunakan para saksi , memakai jaminan, dan ditulis secara jujur ​​oleh seorang khatib (penulis) .

Dikhawatirkan orang yang terlilit hutang , kemudian lemah imannya, maka mereka terjerumus ke perbuatan yang lebih hina, berdusta, ingkar janji bahkan pada akhirnya ada yang bunuh diri. Rasulullah pernah ditanya sahabat. “. ya

Rasulullah mengapa engkau banyak meminta perlindungan daripada hutang ? Rasulullah menjawab : Karena seseorang jika berhutang, ketika berbicara dusta, ketika berjanji seringkali ingkar” (HR. Bukhari).

Dalam hal Hutang-piutang juga kita dianjuran membuat kemudahan dan jangan mempersulit atau menggelisahkan orang lain yaitu :

Artinya : “Ringankan atau mudahkanlah, jangan mempersukar, gembirakanlah jangan menggusarkan dan saling mengalahkan diantaramu”. (HR.Bukhari).

0 Comment