TAMAN ORANG-ORANG BAHAGIA
Di dunia ini hanya ada dua tipe orang: orang baik dan orang buruk. Mereka bisa berasal dari daerah mana saja, keturunan raja maupun hamba, berprofesi apa saja. Orang baik dan orang buruk tidak bergantung pada apa yang ia pikirkan dan tidak berpengaruh pada apa saja tindakan lahirnya. Orang baik tidak bisa senyum dan menegur anda, bisa saja orang jahat begitu ramah dan lemah lembut. Dunia ini sebenarnya disediakan untuk orang baik, sementara orang buruk hanya menumpang saja. Orang baik itu tidak ramai, orang buruk berserakan di jalan raya, trotoar dan kantor-kantor. Orang buruk adalah mereka yang selalu sibuk mencari kebahagiaan namun tidak akan pernah menemukan. Orang baik duduk-duduk saja dan bahagia selalu menyertainya, menyatu dengan Dia: bahagia dan dia adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Orang buruk boleh mencincang badan orang baik dan memakannya. Bisa saja darah orang baik mengalir di urat-urat orang buruk, tapi tidak sedikitpun bahagia bisa dibagi.
Orang baik adalah orang yang berilmu. Orang berilmu adalah cahaya.
Orang berilmu akan hadir di pelosok negeri manapun, melewati apapun menuju majelis ilmu. Seterjal apapun lembah, sederas bagaimanapun hujan, selebar-lebar sungai cahaya dengan cahaya adalah satu. Selain cahaya adalah ketiadaan. Yang ada adalah cahaya. Maka tiada jarak cahaya dengan cahaya, karena cahaya adalah satu.
''Iklaih thah hatee bah pih lan ujeun/alue meu linteung kamoe jeumeurang'.' Demikian syair para pencari ilmu.
Cahaya itu dari Allah. Dari Allah kepada hamba mukmin. Dari Allah hanya cahaya. Cahaya Dia melimpah pada siapa saja yang baik. Bagaimana bisa melihat jarak dalam cahaya. Cahaya dengan ilmu adalah hal yang satu. Pengetahuan bukan teori apalagi dialektika. Pengetahuan adalah cahaya, dia adalah teori persepsi akan cahaya. Amal baik adalah cahaya. Ini adalah kebahagiaan sejati. Orang buruk boleh punya teori, amalnya buruk, pengetahuannya hanya yang semu, artinya tidak tahu juga. Bahagianya adalah bahagia pura-pura, artinya tidak bahagia. Adapula orang buruk tidak punya teori, sekalipun moralnya baik, kalau pun pengetahuannya ada, maka tetap saja pengetahuannya tidak nyata secara hakikat sekalipun dianggap ada. Maka orang begini adalah dalam kesesata nnyata. Ada juga orang yang teorinya baik, moralnya baik tapi tidak punya pengetahuan,
Tetap nyata ada manusia yang teorinya buruk, moralnya baik, tapi pengetahuannya pincang, maka nyatalah pincang dia dari cahaya: maknanya buruk juga. Orang yang teorinya buruk, moralnya jahat, sekalipun pengetahuannya ada, tetap saja ketiadaan. Maksud ketiadaan di sini adalah ia tanpa teori, tak bermoral dan tak punya pengetahuan. Ketiadaan adalah tiadanya cahaya. Ia menghimpun segala golongan tersebut di atas kecuali yang pertama, yakni bahagia sejati.
Kebahagiaan adalah keterlepasan dari kecenderingan kepada materi. Dunia dan materi adalah bayangan. Bila lepas dari gelap, maka hanya bersama cahaya. Zakat, sedekah dan infak adalah salah satu cara melepaskan kecenderungan kepada ketiadaan. Sedekah itu bukanlah melepaskan dari apa yang tidak kita perlukan atau tidak sukai lagi, tetapi karena tujuannya adalah melepaskan tren, maka tentunya melepaskan dari tren pada hal-hal yang disukai. Karena kecenderungan manusia pada materi adalah ketiadaan cahaya.
Siapapun yang melepaskan materi, maka cahaya baginya. Dia adalah muntanazzih. Muntanazzih shalat karena pengetahuan, karena dia sadar akan cahaya. Dia dilingkupi (himmah) cahaya. Siapa yang dilingkupi cahaya maka dialah 'urafa, yakni orang yang selalu berzikir akan Alla di manapun dia punya badan, selagi apapun dia punya pekerjaan; siang malam rindu cahaya, pagi dan petang berharap perjumpaan. Tasbih dan takbir akan Allah di hati tidak pernah lepas. Dengan dunia tiada terasing, kepada materi tiada bergantung. Mereka adalah wali-wali Allah yang melakukan perjalanan ruhani.
Dia adalah makhluk menuju Khaliq. Dilepaskan keterikatan materi menyongsong Wujud. Dia bersama cahaya dan sentiasa dalam cahaya. Dia bersama Wujud dan menjadi perantara menghantar cahaya pada ciptaan ciptaan. Dia bersama makhluk-makhluk dan bersama makhluk-makhluk, dia terhubung dengan cahaya Al-Haqq.
Mereka adalah wali-wali Allah. Karena hujan mereka masih turun dan matahari tidak menghentikan sinarnya. Karena bintang-bintang mereka masing-masing bergelantung di ujung langit. Karena langit mereka juga tidak rubuh menimpa.
Dengan zikir, tasbih dan takbir cahaya diharap. Allah sejatinya tak perlu disucikan karena Dia Maha Suci, takbir kita tidak merubah keagunganNya. Apa itu zikir, tasbih? Hanya usaha hamba melepaskan diri dari noda sedari pikiran mulai bekerja. Takbir adalah ikhtiar seorang 'abid menuju Ilah. Kebenaran hanya dari Allah. Kebenaran hanya Dia. Ini semua adalah bekal yang wajib disiapkan saat akan dan terus dipelihara saat sedang: belajar filsafat.
0 Comment